KANIGARAN - Wakil Wali (Wawali) Kota Probolinggo Muhammad Soufis Subri bersama Takmir Masjid Asnawi memberikan santunan kepada ratusan anak yatim piatu, Minggu (30/8). Santunan tersebut berupa uang tunai, tas sekolah, botol minum dan bingkisan.
Selain Wawali Subri nampak hadir Camat Kanigaran Agus Rianto, Lurah Kebonsari Wetan Asmari A.H, Ketua Yayasan H. Asnawi, Ketua Takmir Masjid Asnawi Musta'im dan disaksikan oleh seluruh warga RT 06 RW 03 Kelurahan Kebonsari Wetan.
Sore itu, wawali sempat meminta kesediaan seorang anak yatim piatu yang menerima santunan, untuk maju dan berdoa disaksikan seluruh undangan yang hadir. Tanpa diduga seorang anak perempuan berpakaian serba putih, dengan percaya diri berjalan ke atas panggung dan membacakan surah Al Fatihah.
Tak sampai disitu, wawali yang takjub lalu bertanya, siapakah diantara orangtuanya yang telah meninggal dunia? “ Ibu,” ujar Putri Hidayah, sambil berlinang airmata. Suasana menjadi haru. Wawali Subri lalu mengusap kepalanya seraya memberikan santunan tambahan dari kantong pribadinya.
Tradisi menyantuni anak yatim piatu merupakan agenda rutin yang dilakukan Takmir Masjid Asnawi dalam rangka Syi’ar Islam Muharram 1442 Hijriyah, dengan memgusung tema “Berbagi Kasih Bersama 100 Anak Yatim Piatu Sebagai Wujud Kasih Sayang dan Peduli Sesama”. Adapun dana santunan terkumpul sebanyak Rp 145 juta disumbang oleh warga, yang menyalurkan dana sumbangannya melalui RT dan RW setempat.
Sementara itu, Wawali Subri dalam sambutannya menyampaikan bahwa, Muharram termasuk salah satu momentum mulia. Karena menjadi bulan pembuka tahun baru, sehingga menjadi hal yang wajar jika dalam kondisi ini disebut sebagai "Hari Raya Umat Islam”. Bahkan, katanya, sebagian masyarakat menganggap bahwa tanggal 10 Muharram (Asyura) adalah Hari Raya bagi anak yatim.
Istilah hari raya anak yatim sendiri, lanjutnya, sebenarnya hanyalah ungkapan kegembiraan bagi anak-anak yatim. Sebab pada saat itu banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka.
Menurut pria yang memiliki latar sebagai pengusaha itu, hal tersebut seperti perintah yang terkandung dalam QS. Al Ma'un yang berarti bantuan penting. “Mengutip dari ayat Al-Qur’an surat Al Ma’un, bahwa orang yang mendustakan agama itu adalah orang yang menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin. Mudah-mudahan apa yang diberikan bisa membawa manfaat,” terangnya.
Wawali Subri juga mengapresiasi inisiatif warga Kelurahan Kebonsari Wetan untuk memberikan santunan kepada anak yatim piatu itu. “(kegiatan) Ini luar biasa, dimana setiap warga bahu-membahu bekerja sama untuk kegiatan yang mulia, yakni menyantuni anak yatim piatu yang jumlahnya ratusan. Saya atas nama pribadi dan Pemerintah Kota Probolinggo menyampaikan terimakasih dan apresiasi setinggi-tingginya untuk masyarakat khususnya di Kelurahan Kebonsari Wetan,” ungkapnya bangga.
Syi’ar Muharram 1442 Hijriyah Takmir Masjid Asnawi kali ini, menyalurkan santunan dengan mengumpulkan anak yatim di teras masjid yang berlokasi di Jalan Sunan Muria Gang Melati. Giat itu dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan secara ketat. Seperti menggunakan masker, menyediakan tempat cuci tangan portable dan menjaga jarak aman. Hal itu dianggap perlu, karena masih dalam kondisi pandemi covid-19. (Sonea)
Probolinggo Vice Mayor Muhammad Soufis Subri along with Asnawi Mosque caretakers provided compensation to hundreds of orphans on Sunday (30/8). The compensation is in the form of cash, school bags, drinking bottles, and gifts.
The vice mayor asked the willingness of an orphan who received compensation to come forward and pray in the presence of all the attendees. Unexpectedly, a girl dressed all in white confidently walked onto the stage and recited the Al Fatihah surah.
Not only that, the astonished vice mayor then asked, who among her parents had died? "Mother," said Putri Hidayah, with tears in her eyes. The atmosphere became emotional. Subri then rubbed her head while giving additional compensation from his personal pocket.
The tradition of supporting orphans is a routine agenda carried out by Asnawi Mosque caretakers in the framework of Syi'ar Islam Muharram 1442 Hijriyah, with the theme "Sharing Love with 100 Orphans as a Form of Love and Care for Others". As for the compensation funds collected as much as IDR 145 million were donated by residents, who gave their donations through local community unit RT and RW.
Meanwhile, Subri in his speech said that Muharram is one of the noble moments. Because it is the opening month for the Islamic New Year, it is only natural that in this condition it is referred to as the “Muslim Day.” In fact, he said, some people consider that the 10th of Muharram (Ashura) is a holiday for orphans.
The term orphanage itself, he continued, is actually just an expression of joy for orphans because many people paid attention and compensation to them.
According to the man who has a background as an entrepreneur, this is like an order contained in the QS. Al Ma'un which means important assistance. "Quoting from the verse of the Al-Qur'an surah Al Ma'un, that people who deny religion are people who rebuke orphans and do not feed the poor. Hopefully what is given can bring benefits," he explained.
Vice Mayor Subri also appreciated the initiative of the residents of Kebonsari Wetan urban village to provide compensation to the orphans. "This (activity) is extraordinary, where every citizen works hand in hand for a noble activity, which is to support hundreds of orphans. On behalf of myself and the Probolinggo city administration, I would like to express my gratitude and highest appreciation to the community, especially in Kebonsari Wetan urban village," he said proudly.
The event distributed compensation by gathering orphans on the terrace of the mosque which is located on Jalan Sunan Muria Gang Melati. This is done by following strict health protocols, including wearing a mask, providing a portable hand washing area, and maintaining a safe distance. This was deemed necessary as it was held amid the COVID-19 pandemic. (alfien_tr)