PERKETAT PENGAWASAN, WALI KOTA HABIB HADI TINJAU POS MUDIK

2019-2020

PROBOLINGGO – Sabtu (11/4) malam, Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin mengecek sejumlah pos mudik dan pelayanan COVID 19 yang dijaga tim gabungan dari Kota/Kabupaten Probolinggo. Ia ingin mengetahui secara langsung seperti apa operasional pos-pos tersebut.

Kota Probolinggo berada di wilayah tengah Kabupaten Probolinggo. Jadi, setiap warga yang akan ke kota pasti melintasi wilayah kabupaten. Untuk itu pos mudik dan pelayanan COVID 19 yang dijaga oleh unsur TNI, Polri, Satpol PP, Dishub, BPBD dan petugas kesehatan terletak di wilayah perbatasan.

IMG 20200412 WA0011Pos pertama yang jadi jujugan wali kota adalah Rest Area Tongas. Malam itu, nampak kendaraan pribadi maupun umum dihentikan oleh petugas. Setiap penumpang dicek suhu tubuhnya menggunakan thermo gun kemudian didata sesuai kartu identitas.

Di pos selanjutnya, exit tol Probolinggo Barat juga ada sejumlah kendaraan pribadi berplat nomor L dan B diberhentikan. Habib Hadi yang malam itu didampingi Kepala Satpol PP Agus Efendi juga memantau pos di Terminal Bayuangga dan Stasiun Probolinggo. 

“Di pos-pos ini bisa memfilter data-data yang mana warga kota supaya cepat terdeteksi, langsung dicegat untuk meminimalisir penyebaran COVID 19,” terang Habib Hadi, disela kegiatannya malam itu.

Wali kota juga mengecek jumlah personil dan kesiapannya, termasuk bagaimana konsumsinya selama menjalankan tugas. Diketahui, selain tim lengkap dari Kabupaten Probolinggo juga ada tambahan di masing-masing titik dari personel Kota Probolinggo.

IMG 20200412 WA0012Kepala Satpol PP Agus Efendi menjelaskan, pos di wilayah kabupaten terdapat 3 Satpol PP, 2 Yon Zipur, 1 atau 1 Dishub. Sedangkan di terminal dan stasiun ditugaskan 2 Satpol PP, 2 Zipur, 2 Kdoim, 2 Dishub kota/kabupaten. Semua pos juga dijaga anggota Polri dan tim medis.

Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP), lanjut Agus Efendi, di Rest Area Tongas bila ditemukan warga kota yang akan mudik dicek oleh tim medis dari Kabupaten Probolinggo. Apabila suhu badan tinggi, petugas Satpol PP akan membawanya ke karantina bagi pemudik.

“Selanjutnya kami serahkan ke tim karantina kota (Dinas Kesehatan). Di pos stasiun dan terminal juga sama, setelah dicek oleh tim medis dari kota dan suhu tinggi di atas 37,5 akan diantar oleh Satpol PP ke tempat karantina,” jelasnya.

Malam itu, kepada petugas, Habib Hadi sempat memberikan motivasi dan meminta koordinator agar tidak terlambat memberikan konsumsi (makanan/minuman). “Nanti akan kami evaluasi, kami perbaiki yang di Tongas dulu lalu exit tol Probolinggo Barat (Muneng), terminal dan stasiun,” ungkap wali kota.

Orang nomor satu di Kota Probolinggo itu berharap, status Orang Dalam Pengawasan (ODP) di Kota Probolinggo dapat terkontrol. Menurutnya, kota ini bisa tetap tenang dan kondusif jika ketepatan antisipasi dilakukan dengan cepat.

IMG 20200412 WA0009Ia pun terus mengimbau kepada pemudik dan RT/RW untuk lebih kooperatif kepada petugas pelayanan kesehatan. “Yang baru datang dari luar kota, lebih bagus dengan sadar diri melaporkan atau memberi tahu pihak kesehatan agar bisa didata dan meminimalisir terjadinya kelalaian. Tanpa partisipasi kami tidak bisa mengetahui aktivitas di masyarakat,” jelas wali kota yang memahami jika pemudik sudah mulai berdatangan dari satu daerah ke daerah lain.

“Kalau bisa tahan dulu, jangan mudik. Amankan saudaranya di Kota Probolinggo. Lakukan anjuran pemerintah, tetap di rumah saja. Anda pulang bukan berarti tidak sayang keluarga. Justru dengan tidak pulang, inilah bentuk sayang anda kepada keluarga,” imbau Habib Hadi, kepada seluruh masyarakat yang akan mudik ke Kota Probolinggo atau warga Kota Probolinggo yang berencana pulang ke kampung halamannya.

Sementara itu, hingga Sabtu (11/4) ada dua orang warga kota yang dikarantina, mereka baru datang dari Jakarta dan Sidoarjo. “Sementara ini ada dua orang yang dikarantina di homestay Darma (wilayah Kecamatan Mayangan). Fasilitas makan/ minum dimasak di dapur umum oleh Tagana, didistribusi BPBD. Disana juga ada penjagaan dari aparat keamanan dan gabungan,” ujar Plt Kepala Dinkes dr NH Hidayati. (famydecta)

 


Probolinggo Mayor Hadi Zainal Abidin monitored several checkpoints of COVID-19 post on Saturday (11/4). He would like to find out the operational activities at the posts.

 

As Probolinggo city lies in the middle of Probolinggo regency, each resident who would like to go to the city must across the regency, and therefore the posts are being secured by military, police, Public Order Agency, Transportation Agency, and medical officers.

The first post being visited was Tongas Rest Area. It appeared any vehicle being stopped by the officers. All passengers were checked using a thermal gun before being registered based on their id cards.

In the next post, the exit toll of Probolinggo Barat, several private vehicles from Surabaya or Jakarta were stopped. The mayor who was accompanied by the head of Public Order Agency has also monitored the situation at Bayuangga bus station and Probolinggo train station.

“The posts have a function to sort and filter the residents coming from the red-zone region, to minimize the spread of COVID-19,” Habib Hadi said.

The mayor also checked the personnel including how they get the consumption while doing their tasks. As is known, the personnel are a joint team of Probolinggo city and regency.

Based on the Standard Operational Procedure (SOP), Agus Efendi said that at Tongas Rest Area, if there were found a city resident who is going to go back to their hometown would be checked by the medical officers. If they have a high body temperature, the Satpol PP officers will take them to the quarantine facility.

“We will hand them over to the Health Agency for further protocol. We do the same protocol at the bus and train station,” he explained.

To the officers, Habib Hadi gave motivation and asked the coordinator not to be late in providing the consumption. “We will have an evaluation for each post and provide what the officers need to do their tasks,” the mayor revealed.

He hopes the number of People under Monitoring (ODP) can be controlled. He thinks proper anticipation could make the city remain conducive.

He also keeps urging to the ‘mudik’ travelers and the head of neighborhood organizations to be cooperative with the medical officers. “The ones coming from out of town should report to the medical officers to be registered and therefore minimize the spread of COVID-19. Without the participation of all sides, we cannot monitor the activities of the people,” the mayor said.

“Don’t go back to your hometown, if possible. Do what has been instructed by the government, stay at home. Not coming home doesn’t mean you don’s care about your family,” Habib Hadi urges the people.

Meanwhile, until Saturday (11/4), there are two people coming from Jakarta and Sidoarjo being quarantined. “They are now at a homestay we have prepared. We provide them with consumption and being secured by a joint force,” the acting head of Health Agency, dr NH Hidayati. (alfien_tr)

BAGIKAN