PROBOLINGGO - Lima hari menjelang lebaran, sejumlah pertokoan dan kawasan perekonomian di Kota Probolinggo nampak dipadati pembeli. Akibatnya, kerumunan pun tak dapat dihindari. Untuk mengetahui ketaatan masyarakat dan pemilik toko terhadap protokol kesehatan (prokes), Pemerintah Kota Probolinggo bersama TNI dan Polri melakukan pengecekan ke sejumlah lokasi, Jumat (7/5).
Pengecekan dipimpin Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setiorini Sayekti, didampingi Kepala DKUPP Fitriawati, Kepala Dinkes dan P2KB dr NH Hidayati, Kasat Binmas AKP Retno Utami dan perwakilan Kodim 0820 serta Perangkat Daerah terkait.
Jujugan pertama pengecekan di toko emas di sepanjang Jalan Panglima Sudirman. Kebanyakan toko emas tidak patuh prokes. Misalnya, ada tempat cuci tangan, thermo gun dan hand sanitizer tapi tidak jaga jarak. “Jangan berkerumun ya, jaga jarak, protokol kesehatan,” ujar Asisten Rini-sapaannya, kepada pengunjung toko emas paling ramai di kota ini.
??Sedangkan di toko lain, ada petugas membawa thermo gun tapi justru berdiam di dalam toko, bukan di depan pintu masuk. Temuan lainnya, toko emas hanya meletakan tempat air cuci tangan tapi tidak ada airnya.
Yang paling parah, dua toko emas tidak menyediakan tempat cuci tangan dan perlengkapan lainnya padahal pengunjungnya begitu ramai. “Kok tidak ada tempat cuci tangan, sudah satu tahun kok tidak ada (tempat cuci tangannya). Thermo gun juga tidak ada. Belilah, berapa harganya,” tegas Rini kepada pemilik toko.
Yang paling membuat petugas agak geram adalah saat pemilik sebuah toko emas di sisi selatan jalan menolak menemui petugas di tengah-tengah pembeli. “Distancing,” kata pria berkacamata itu.
Sontak Rini pun terkejut dengan ungkapan tersebut. “Takut distancing tapi ini pembelinya dibiarkan begini. Tempat cuci tangan juga hanya ada wastafel saja,” ujar Rini.
“Jangan ambil untungnya saja, tolong diperhatikan protokol kesehatan. Masyarakat juga perlu sehat. Ukur suhu tubuhnya, kalau lebih dari 37 derajat silahkan pulang. Ini dibiarkan, harusnya ada petugas disini,” tegur AKP Retno kepada pemilik toko tersebut. “Iya saya salah, Bu,” jawabnya sambil meminta maaf dan siap memenuhi prokes.
Departemen store dan toko di kawasan Jalan Dr Sutomo pun tak luput dari pengecekan. Yang menjadi sorotan adalah antrean kasir yang tidak jaga jarak. “Hindari kerumunan, misalkan ada kerumunan, penjaga toko ingatkan juga pengunjungnya. Untuk mematuhi prokes pakai masker dan jaga jarak,” seru Kasat Binmas.
“Yang masih berjubel, jaga jarak. Kasir tolong diingatkan ya. Munduran tolong jaga jarak, semuanya ingin sehat,” imbuh Asisten Rini. Saat ada di departemen store itulah Rini menemui seorang pengunjung yang justru meremehkan imbauan petugas.
“Ini lho (toko) dibuka, salahnya dibuka. Ditutup saja,” celetuk pemuda yang mengaku bernama Andi, yang tinggal di Kecamatan Wonoasih. Namun saat ditanya alamat lengkapnya, ia bilang tidak tahu nama jalannya. Ditanya lagi kartu identitas, beralasan tidak bawa KTP.
“Sampean percuma baju baru kalau sakit,” tutur Rini. “Ya gapapa, Bu,” celetuk pemuda bertopi itu.
“Oh jadi milih sakit. Jadi warga kota harus taat aturan, makanya ini anturannya jaga jarak,” sahut Rini.
Asisten Rini menyayangkan masih adanya masyarakat yang beropini saat ditegur di kasir sebagai tempat krusial kerumunan. Pemuda itu juga mengatakan kenapa toko harus dibuka kalau pengunjung tidak boleh antre.
“Begini, bukan antrenya dilarang, tapi kerumunannya. Masing-masing toserba ada petugas yang memantau ketaatan prokes. Tadi ada OTS (Oreng Tambeng Sarah) begitu ditanya alamat tidak berani. Inilah masyarakat yang menghambat supaya bisa keluar dari pandemi,” ujar Rini.
Menurutnya, pemkot sudah mengimbau pelaku usaha untuk menyediakan sarana prasarana prokes, membatas jumlah pengunjung hingga jaga jarak. “Pemerintah sudah mengedukasi masyarakat untuk taat prokes. Sekarang masa pemulihan ekonomi, kunci keberhasilan adalah ketaatan terhadap prokes dari pelaku usaha dan masyarakat,” ujar Rini.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan ini menyimpulkan, sebagian besar toko emas tidak taat prokes. Mereka tidak menjaga supaya pengunjung tidak berkerumun, tidak menyediakan sarana prasarana yang memadai. “Setelah pengecekan, selanjutnya akan didatangi lagi apakah sudah dilaksanakan atau tidak. Sebab mereka sudah menandatangani kesanggupan memenuhi prokes,” imbuhnya.
Kegiatan siang itu, juga dilaksanakan swab di tempat bagi warga yang kedapatan tidak menggunakan masker. Total ada 9 warga yang harus menjalani rapid antigen diantaranya pengunjung toko, penjaga optik dan warga yang melintas. Alasannya bermacam, ada yang lupa atau baru saja melepas masker.
“9 orang yang kami tes tadi, Alhamdulillah hasilnya negatif,” kata Plt Kepala Dinkes P2KB dr NH Hidayati. (famydecta)
BAGIKAN
Terkait