KANIGARAN - Kenaikan harga cabai rawit menjadi salah satu penyumbang tertinggi dan pemicu angka inflasi di Kota Probolinggo menjadi 0,28 persen pada bulan Januari 2021.
“Hal itu seiring dengan kenaikan harga cabai yang melonjak di pasar tradisional pada awal tahun ini,” ujar Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setiono Sayekti melalui Kepala Bagian Administrasi Perekonomian Heri Astuti, Selasa (16/2) siang.
Ya, harga cabai rawit cukup tinggi pada Januari 2021, yakni berkisar Rp 80 ribu hingga Rp 90 ribu per kilogram di sejumlah pasar tradisional, sehingga kenaikan yang cukup signifikan itu menyumbang angka inflasi.
Perempuan yang pernah menjabat sebagai Sekretaris di Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) itu, mengimbau masyarakat untuk melakukan teknik budidaya dengan memanfaatkan lahan sekitar rumah atau pekarangan dengan menanam tanaman obat keluarga (toga) dan sayur mayur dengan tenologi hidroponik dan aquaponik.
Selain cabai rawit yang menyumbang inflasi sebesar 0,1296 persen, komoditi lain juga turut andil memberikan sumbangan inflasi di bulan ini. Seperti tempe sebesar 0,0367 persen dan tahu mentah sebesar 0,0291 persen.
Menyikapi naiknya harga tempe dan tahu di pasaran, Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan (TPHP) Irhamni Alfatih mengungkapkan salah satu kendalanya, adalah minimnya minat petani menanam kacang kedelai. Hal itu dikarenakan para pengguna khususnya pabrikan tahu dan tempe lebih memilih menggunakan bahan baku kedelai impor. Karena persediaannya bisa didapat setiap saat, penanamannya cepat dan berkualitas dibanding kedelai jenis lokal.
Ditanya perihal minimnya petani kedelai yang ada di Kota Probolinggo, Irham menyebut, disamping luas dan lahan yang dinilai tak profit untuk ditanam di Kota Probolinggo, petani cenderung menanam komoditas yang benar-benar menguntungkan mereka, seperti padi dan jagung.
“Kalau kedelai lokal, selain yang disebutkan diatas, kendala pemasaran dan biaya produksinya yang cukup tinggi. Sehingga hasil panennya dinilai kurang menguntungkan, dibanding tanaman padi atau jagung,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo Heri Sulistio melalui Kasi Distribusi M. Machsus menyampaikan bahwa pada Januari 2021 di Kota Probolinggo mengalami inflasi sebesar 0,28 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 104,83 persen, sedangkan laju inflasi year on year sebesar 1,76 persen.
“Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi bulan Januari 2021 adalah cabe rawit, tempe, tahu, tahu mentah, ikan benggol, melon, ketimun, cumi-cumi dan lain-lain,” katanya.
Inflasi bulan Januari 2021 pada delapan kota IHK di Jawa Timur semua kota mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Madiun sebesar 0,60 persen; diikuti oleh Kota Surabaya sebesar 0,37 persen; Kota Probolinggo sebesar 0,28 persen.
Kemudian Kabupaten Jember sebesar 0,25 persen; Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,18 persen; Kota Kediri sebesar 0,16 persen. Inflasi terendah terjadi di Kota Malang, yakni sebesar 0,06 persen. Sedangkan Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,32 persen. (Sonea)