PROBOLINGGO - Bagi Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin aktivitas olahraga sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Salah satunya, bersepeda. Oleh karena itu, ia selalu menyempatkan bekerja sambil bersepeda seperti yang dilakukan, Jumat (10/9) pagi. Habib Hadi gowes berkeliling ke sejumlah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kota Probolinggo.
TPST pertama yang dikunjungi di Jalan Serayu, Kelurahan Jrebeng Lor, Kecamatan Kedopok. Disana, wali kota yang didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Rachmadeta Antariksa dan sejumlah kepala dinas lainnya, menanyakan tentang proses pembuatan kompos di TPST milik pemerintah tersebut.
Alif, Putra Motivator Lingkungan dari DLH menjelaskan, produk popok kompos yang diproduksi dari Kota Probolinggo sudah merajai pasar Surabaya dan Malang. “Di Malang sudah sekitar 90 persen pupuk dari Kota Probolinggo. Disini membuktikan bahwa meskipun Probolinggo kota di wilayah pesisir, pupuknya sudah dipasarkan dimana-mana. Sampah itu bukan masalah tapi bisa jadi sumber ekonomi,” jelas Alif kepada wali kota.
Diketahui, jumlah TPST (rumah kompos) milik Pemerintah Kota Probolinggo ada 19 lokasi. Sedangkan TPST yang dikelola oleh masyarakat ada 2 di wilayah Kelurahan Pilang dan Kelurahan Jrebeng Kidul.
Menurut Habib Hadi, pengolahan sampah menjadi kompos yang berdampak pada ekonomi masyarakat harus dipetakan dan diperluas. “Kita kembangkan di tanah aset yang kita punya. Jangan sampai ada permintaan pupuk tapi terlambat suplai karena terbatasnya proses. Perluas semua TPST, diatur, ditata dengan bagus, bila perlu diperluas ya diperluas saja,” katanya kepada Kepala DLH.
Lepas dari TPST di Jalan Serayu, Wali Kota Habib Hadi gowes menikmati perjalanan ke dua TPST lainnya. Yaitu di TPST Al Huda Kelurahan Curahgrinting, Kecamatan Kanigaran yang mengelola sampah organik menjadi pupuk, obat ikan hingga pelet (pakan ikan). Di lokasi itu, Habib Hadi meminta DLH memberikan bantuan peralatan untuk mendukung proses pengolahan di TPST yang dikomandoi Pak Kardi.
Berlanjut ke TPST Pokdarwis Pantai Permata di Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan. Pengolahan produk kompos organik itu terdiri dari area fermentasi kompos, area mesin pencacah, stok cacahan dan pengayakan kompos. Dibutuhkan waktu selama 40 hari dari proses awal pembuatan kompos hingga layak dijual.
Gowes pun masih berlanjut ke TPA Bestari di Jalan Anggrek. DLH menggelar Ngopi Mesra jilid III di aula, pertemuan Wali Kota Habib Hadi dengan para mitra DLH dan kader lingkungan. “Kami menghadirkan mitra dan kader untuk berkomunikasi dengan Bapak Wali Kota. Bahkan tanpa ada gaji teman-teman masih semangat melaksanakan tugas, curhat ke Pak Wali,” tutur Deta, panggilan Kepala DLH.
Pada kesempatan itu, Habib Hadi mengungkapkan ucapan terima kasih untuk semua yang sudah peduli lingkungan baik itu masyarakat dan kelompok. Menurutnya, mustahil tanpa disupport oleh pegiat lingkungan dan perusahaan untuk menguatkan apa yang jadi tujuan melestarikan lingkungan dengan gagasan baru sesuai fakta di lapangan.
“Saya berkeliling melihat langsung apa yang digagas pemerintah dan sudah mendapat dorongan dari perusahaan. Dan, saya melihat apa yang dilakukan masing-masing warga begitu luar biasa. Sederhana yang dilakukan tapi besar manfaatnya,” ungkap wali kota yang saat ini tengah menempuh program doktor di bidang lingkungan. (famydecta)