Kenaikan Harga Minyak Goreng Jadi Penyumbang Terbesar Inflasi Oktober

2021

KANIGARAN - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo Heri Sulistio, saat ditemui di studio radio kebanggaan masyarakat Kota Probolinggo, Suara Kota FM, Selasa (16/11), menyatakan bahwa inflasi Kota Probolinggo sebesar 0,13 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 105,31 persen.

Pada laju inflasi bulan Oktober 2021 ini, minyak goreng menjadi komoditas penyumbang terbesar, yang mencapai 0,0506 persen. "BPS mencatat kenaikan harga minyak goreng terjadi hingga 0,0506 persen. Kenaikan harga itu memberikan andil terhadap inflasi di Kota Probolinggo," ujarnya.

Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Asekbang) Setda Kota Setiorini Sayekti menanggapi, naiknya harga minyak goreng ini dipicu oleh pasokan ketersediaan yang ada di Kota Probolinggo, terbatas.

"Ketika sebuah angka menunjukkan stok terbatas, itu berarti bukan tidak ada barangnya. Melainkan, dari sektor produksi internal Kota Probolinggo, tidak mencukupi. Sehingga keterbatasan ini akan ditopang oleh daerah-daerah di sekitar kita, perlu suplay,” jelasnya.

Selain itu, tingginya harga minyak sawit mentah (CPO), juga menjadi kabar terkini yang diketahui masyarakat secara luas dari media. Rini mengungkapkan, kondisi ini yang juga harus mendapatkan perhatian dan bijak, dalam menyikapi, dari masyarakat.

“(harapannya masyarakat) Tidak panik dalam menghadapi beberapa harga yang naik, bijak dalam menerima informasi, bijak berbelanja, juga harus menjadi perhatian bersama. Dan perlu diketahui, kenaikan harga minyak goreng ini  tidak hanya terjadi di Kota Probolinggo saja. Tapi juga wilayah Jawa Timur, bahkan nasional," tegasnya.

Namun demikian, lanjutnya, masyarakat tak perlu khawatir. Pasalnya, Pemkot Probolinggo dalam hal ini anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), terus bersinergi dengan membuka jejaring komunikasi dengan daerah produsen yang ada di sekitar Kota Probolinggo. “Sehingga ketika ada kejadian seperti ini, kondisinya, akan tetap stabil,” ujarnya.

Tak hanya itu, Rini menyebut, Pemkot Probolinggo bekerjasama dengan Bulog Sub Divre VIII, dalam menjada stabilisasi harga pangan di wilayah Bayuangga, dengan menggelar giat Pasar Murah, di pasar-pasar tradisional dan Pasar Sabtu Minggu (Tugu), di Aloon-aloon.

Selain minyak goreng, sejumlah komoditas lainnya juga memberikan andil terhadap inflasi Kota Probolinggo. Antara lain, daging ayam ras, cabai merah, anggur dan wafer. Sedangkan, komoditas deflasi, di antaranya adalah turunnya harga telur ayam ras, tomat, jagung manis, cumi-cumi dan ikan teri.

Sebagai informasi Oktober 2021 inflasi bulanan Kota Probolinggo sebesar 0,13 persen, inflasi tahun kalender 0,74 persen dan inflasi tahunan sebesar 1,63 persen.

Semua kota IHK di Jawa Timur mengalami inflasi pada bulan Oktober 2021. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,20 persen; diikuti oleh Kota Malang sebesar 0,19 persen; Kota Kediri sebesar 0,18 persen, Kota Probolinggo 0,13 persen dan Kota Madiun Sebesar sebesar 0,09 persen.

Selanjutnya diikuti Kabupaten Jember sebesar 0,04 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Sumenep masing-masing sebesar 0,02 persen. (Sonea)

BAGIKAN