KEDOPOK - Di area kampung berkelas, Perumahan Griya Pakistaji, Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo, Sekretaris Daerah (Sekda) drg Ninik Ira Wibawati, menghadiri rangkaian Hari Lingkungan Hidup (HLH) Se-dunia dengan agenda Sosialisasi Gerakan Daster Si Ipah (Dengan Komposter, Siap Pilah Sampah), Rabu (9/6) pagi.
Didampingi Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Asekbang) Setiorini Sayekti, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Rachmadeta Antariksa, Camat Wonoasih Deus Nawandi, Lurah Pakistaji Zainul dan ketua organisasi perempuan, Sekda Ninik membuka secara resmi giat yang berlangsung sejak pukul 8 pagi tersebut.
Sekda Ninik menyampaikan bahwa saat ini, Kota Probolinggo dihadapkan pada permasalahan kompleks terkait sampah. Dimana sampah yang dihasilkan masyarakat, masih tercampur dan belum terpilah.
Dari tahun ke tahun telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan, untuk sampah yang diangkut ke Taman Pemrosesan Akhir (TPA). Selain itu, banyaknya penimbunan sampah liar dan melubernya Tempat Penampungan Sampah (TPS) yang tersebar di berbagai titik di wilayah kota.
“Hal ini menunjukkan adanya produksi sampah per individu yang semakin meningkat, dan juga tidak lepas dari adanya pertambahan jumlah penduduk Kota Probolinggo dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pemilahan sampah,” katanya.
Seperti diketahui, dari data sampah yang ada di wilayah Kota Seribu Taman, timbulan sampah dengan komposisi sampah basah/organik, mencapai hampir 6 persen. Di TPA sendiri sudah ada 3 landfill yang disiapkan. Dimana 2 landfill yang ada, kapasitasnya sudah overload dan satu landfill lainnya pun kondisinya sudah hampir mendekati overload.
Nah, sebagai upaya mengatasi persoalan sampah rumah tangga sebagai sumber terbesar timbulan sampah, Pemkot telah berinovasi mengembangkan kegiatan pengomposan sampah organik skala rumah tangga yang lebih massif dan menyeluruh dengan melibatkan berbagai stakeholder terkait dengan cara pemberdayaan masyarakat, utamanya para ibu swasta melalui program CSR.
“Inovasi ini dikenal dengan istilah ’Daster Si Ipah’, yang merupakan kegiatan mengompos sampah organik rumah tangga yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. Dengan harapan, sampah yang dihasilkan dari rumah tangga bisa berkurang, terutama untuk sampah sisa makanan atau sampah dapur,” terangnya.
Adapun tujuan utama Daster Si Ipah adalah unutk membuka wawasan dan menggerakan secara aktif untuk mengurangi jumlah timbulan sampah rumah tangga yang berasal dari aktivitas sehari-hari di rumah, seperti memasak, belanja dan lain-lain.
“Para ibu yang menjadi pemimpin dalam organisasi wanita, kami harapkan dapat menjadi agent of change untuk mengarahkan anggotanya untuk bijak dari rumah masing-masing. Salah satunya dengan melakukan pemilahan sampah dan pengomposan sampah organik, ” imbaunya.
Sekda Ninik dalam arahannya juga mengingatkan, perilaku yang bisa dibiasakan oleh masyarakat mulai sekarang. Yakni, memilah sampah mulai dari diri sendiri dan melakukan komposting sampah organik yang dihasilkan. “Karena sampah organiklah yang menghasilkan gas methan. Lha kalau sampah organik bisa kita olah sendiri jadi pupuk, maka sampah anorganik bisa kita pilih lalu dijual, atau ditabung di bank sampah,” katanya.
Lalu kurangi sampah yang dihasilkan setiap hari, pakai kembali barang-barang yang bisa dipakai seperti kardus bekas dan daur ulang sampah menjadi barang yang bermanfaat. Berikutnya menggerakan bank sampah yang ada, termasuk memaksimalkan peranannya dan manfaatkan keberadaannya ditengah-tengah masyarakat untuk menampung sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis, dan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Seremonial Sosialisasi Gerakan Daster Si Ipah juga diisi dengan penyerahan bantuan komposter pada Ketua Persit, Ketua Bhayangkari, Perwakilan Dharma Wanita Persatuan dan kaum milenial dan sembako. Selain itu diserahkan pula hadiah lomba vlog kepada Belva Ayu Altamis, Nabilatul Ilmiah Rosikhoh, Yohanes Yudha Bagus Permana dan Sheilla Anugrah Liandini. (Sonea)