MAYANGAN - Tren kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Probolinggo terus meningkat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) setempat, sejak Januari hingga Mei (10/5) tercatat sebanyak 161 orang terinfeksi virus dengue dengan 3 kasus pasien meninggal.
"Dibandingkan tahun kemarin berarti bulan Januari sampai bulan Mei tahun 2021 dengan Januari sampai Mei 2022 ini, ada kenaikan sekitar 33 persen, itu akumulasi," jelas Plt Kepala Dinkes P2KB dr NH Hidayati, Kamis (12/5).
Terkait dengan naiknya kasus DBD ini, dr Ida-sapaannya- mengatakan perubahan cuaca menjadi salah satu pendorong berkembangnya populasi sarang nyamuk pembawa virus DBD. "Masih ada musim hujan, masih ada kemarau, sebenarnya tipe cuaca yang seperti ini yang menimbulkan penyebaran populasi nyamuk itu khususnya DBD, malah lebih meningkatkan perkembangan nyamuk itu sendiri," tambahnya.
Sebagai langkah pencegahan wabah DBD, Dinkes P2KB Kota Probolinggo telah mengeluarkan Surat Edaran tanggal 1 Desember 2021 Tentang Kewaspadaan Demam Berdarah Dengue yang berisi imbauan untuk melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M plus, yakni menguras, menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang barang bekas serta aktivitas lainnya yang dapat mencegah gigitan nyamuk dan berkembangnya jentik-jentik nyamuk.
Kedua, menerapkan Satu Rumah Satu Jumantik (Juru Pemantau Jentik), yakni setiap rumah harus ada 1 orang yang bertugas secara rutin memantau tempat penampungan air agar jentik tidak sampai berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Kemudian sosialisasi kewaspadaan DBD juga secara meluas telah dilakukan oleh Dinkes P2KB, baik melalui media massa, siaran keliling hingga ke pengajian warga. Serta pemberian abate secara gratis melalui kader posyandu dan puskesmas.
Untuk pencegahan kedepan, dr.Ida berpesan kepada masyarakat agar selalu waspada dan selalu menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menjadi sarang jentik nyamuk.
"Yang pertama jangan menganggap remeh terhadap sakit yang biasa, segera berobat jika ada gejala demam lebih dari 2 hari, kemudian yang kedua untuk menjaga kebersihan lingkungan karena dari lingkunganlah muncul sarang nyamuk, ketiga pengaktifan 1 rumah 1 kader jumantik," pesannya.
Diketahui, hingga tanggal 10 Mei, Kanigaran menjadi kelurahan yang memiliki kasus DBD terbanyak yakni 64 kasus dan 1 kasus meninggal, selanjutnya Kelurahan Mayangan dengan 46 kasus, Kelurahan Kademangan 27 kasus dan 1 orang meninggal, Kelurahan Kedopok 15 kasus berikutnya Kelurahan Wonoasih 9 kasus dan 1 orang meninggal.
Dari beberapa kejadian kasus pasien DBD meninggal, menurut dr Ida hal tersebut diawali dari kurangnya kewaspadaan dari pasien maupun keluarga pasien. "Masyarakat sendiri dari pribadinya itu tidak boleh lengah terhadap segala sesuatu atau tidak boleh dianggap remeh ya, sekecil apapun sakit itu kita tetap harus waspada," katanya.
Sementara itu, ditemui saat mengisi talkshow di Radio Suara Kota, Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes P2KB dr. Lusi Tri Wahyuli menambahkan bahwa aktifitas fogging atau pengasapan insektisida bukanlah solusi untuk mencegah DBD.
"Jadi fogging itu sebenarnya bukan suatu upaya pencegahan, tapi dia pengendalian pada indikasi khusus, tidak menjadi suatu hal yang diutamakan untuk dilakukan karena risiko kesehatan cukup tinggi, itu insektisida racun serangga," terang dr Lusi. Selain itu terlalu sering fogging juga membuat resistensi terhadap nyamuk yang mengakibatkan nyamuk semakin kuat dan kebal. (dp/fa)