Dispopar Gelar Pembinaan Ekonomi Kreatif Bagi Pengusaha Batik

2022

MAYANGAN - Untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia agar mampu bersaing dalam perkembangan industri pariwisata, Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) menginisiasi kegiatan Pembinaan Ekonomi Kreatif, Senin (7/3) di Majapahit Room, Bale Hinggil.

Melalui kegiatan tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan motivasi dan kompetensi selaku ekonomi kretatif agar dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pemasaran produknya. “Acaranya dua hari sampai besok (8/3), dengan peserta dari sub sektor batik sebanyak empat puluh orang. Jadi acaranya mohon diikuti sampai selesai, konsentrasi dan pahami sehingga dapat mengemas produknya di pasaran digital di era pandemi,” ujar Plt Kepala Dispopar Fadjar Poernomo.

Staf Ahli Wali Kota Probolinggo Bidang Pembangunan, Ekonomi dan Keuangan Wawan Soegiantono mengatakan, untuk dapat bertahan hidup, salah satu kuncinya adalah kemampuan untuk bersaing. Orang yang mampu bersaing dapat menjaga kelangsungan hidupnya, salah satunya dengan membuat produk yang inovatif, memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi yang membuat persaingan dan tantangan semakin nyata dan kuat.

“Itulah perlunya kreativitas. Dari situlah ekonomi kreatif itu mulai muncul. Seperti misalnya baru-baru ini kita ikut serta dalam even Duta Batik Provinsi Jawa Timur, meski harus bangga di nomor sepuluh besar, paling tidak produk batik Kota Probolinggo sudah mengikuti even tersebut dan mengenalkan produk lokal kita. Partisipasinya, batik kita sudah dikenal memiliki bobot kualitas yang sudah terbukti pastinya,” tegasnya.

Ia menambahkan, pandemi covid-19 yang telah menghantam industri pariwisata dan ekonomi kreatif, ditambah jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang menurun drastis, juga berdampak pada pendapatan negara di sektor pariwisata. “Dan ini merupakan tanggung jawab bersama untuk segera memulihkan perekonomian guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat, yang salah satunya adalah kinerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif itu tadi,” katanya.

Sementara itu tantangan terbesar yang dialami oleh para pelaku usaha ekonomi kreatif saat pandemi melanda, menurutnya, adalah berubahnya sistem penjualan pada industri kreatif global. Jika sebelumnya masyarakat lebih banyak membeli perlengkapan secara luring, namun di saat pandemi, cara itu sudah mulai ditinggalkan.

“Karena pembeli nggak mau mengambil risiko terkait penularan covid-19. Imbasnya tentu sistem jual beli menjadi beralih ke daring, dan ini memberikan tantangan besar bagi sektor ekonomi kreatif termasuk di Kota Probolinggo. Namun sayangnya nggak semua pelaku ekonomi kreatif, memahami metode daring dan membuat banyak pelaku usaha kreatif yang gulung tikar pada masa awal pandemi karena minimnya permintaan,” terangnya.

Nah, menanggapi hal itu Pemkot terus memutar otak untuk mengubah tantangan ini menjadi kesempatan bagi para pelaku usaha ekonomi kreatif. Untuk itu Wawan berharap, para pelaku kreatif bisa mulai beradaptasi dengan teknologi dalam memasarkan produk batiknya. Hal itu juga menjadi salah satu kekuatan baru yang nantinya setelah pandemi berakhir, kemampuan menguasai pasar daring ini menjadi nilai tambah bagi para pelaku ekonomi kreatif di Indonesia.

“Saya menyerukan, semua pelaku ekonomi kreatif bisa menerapkan protokol kesehatan di setiap usahanya dan memahami tentang perizinan ekonomi kreatif yang harus dimiliki oleh setiap pelaku pariwisata. Sehingga dapat menjamin perlindungan kesehatan, menjaga pertumbuhan ekonomi yang tentunya sesuai dengan peraturan pemerintah,” pungkasnya.

Dalam kegiatan tersebut, Dispopar pun menggandeng Imam Wahyudi dari Forum Kota Probolinggo Kreatif sebagai narasumber. (Sonea)

BAGIKAN