WONOASIH - Pengguna pasar hewan milik Pemerintah Kota Probolinggo meliputi peternak, pedagang dan sopir angkutan ternak sekira 100 orang mengikuti Sosialisasi Peningkatan Kewaspadaan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak sapi yang dilalulintaskan melalui pasar hewan, Kamis (9/6) di Gazebo Pasar Hewan Jrebeng Kidul.
Giat yang diinisiasi Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispertahankan) ini bertujuan untuk mempercepat penanganan dan pencegahan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak dan menjamin keamanan pangan dan ketentraman masyarakat dalam mengkonsumsi bahan pangan asal hewan di Kota Probolinggo.
Mewakili Wali Kota Habib Hadi Zainal Abidin, Asisten Pemerintahan Gogol Sudjarwo dalam sambutannya menuturkan pasar hewan yang terletak di Kelurahan Jrebeng Kidul yang beroperasi sejak tahun 2015 ini merupakan pasar hewan percontohan di Jawa Timur. “Jumlah sapi masuk pasaran rata-rata 800 ekor dengan angka tertinggi sebesar kurang lebih 1.400 ekor serta jumlah pengunjung / pengguna sebanyak kurang lebih 2.000 orang per pasaran,” tuturnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, masyarakat pengguna pasar hewan ini tidak hanya berasal dari Kota Probolinggo, namun juga dari luar Kota Probolinggo, seperti Surabaya, Malang, bahkan lintas provinsi seperti Tasikmalaya dan Banjarnegara.
Dengan merebaknya wabah PMK yang menyerang pada hewan berkuku belah atau genap seperti sapi, domba, kambing, babi dan lain-lain tentu membuat aktivitas pasar hewan pun juga nampak terjadi penurunan jumlah ternak masuk yang cukup signifikan.
Gogol berharap agar peternak dan pedagang ternak tidak panik dalam menghadapi wabah PMK, namun tetap waspada. Mengingat tingginya aktivitas pergerakan pengguna dan ternak di pasar hewan perlu disikapi untuk mengendalikan penyebaran virus PMK.
Didapuk menjadi narasumber, Kapolsek Wonoasih Kompol Sumardjo menguraikan pihak kepolisan melakukan pengawasan terhadap hewan ternak di wilayahnya. Berdasarkan informasi yang ia terima, update per Rabu (8/9) PMK di Kota Probolinggo untuk Kecamatan Wonoasih jumlah kasus 257 ekor, sakit 186 ekor, sembuh 67 ekor, mati 2 ekor, dipotong paksa 2 ekor.
Kemudian di Kecamatan Kademangan jumlah kasus 97 ekor, sakit 79 ekor, sembuh 18 ekor, lain-lain 0. Selanjutnya di Kecamatan Mayangan dinyatakan nihil. Sementara di Kecamatan Kedopok jumlah kasus 187 ekor, sakit 165 ekor, sembuh 22 ekor, mati 0. Di Kecamatan Kanigaran jumlah kasus 31 ekor, sakit 30 ekor, sembuh 1 ekor.
Ketua Komisi 2 DPRD Kota Probolinggo Muchlas Kurniawan, pada kesempatan itu mengajak para pengguna pasar hewan untuk bisa menjadi dokter bagi hewan-hewan ternaknya. Terkait jumlah dokter dan tenaga medis penanganan hewan di Kota Probolinggo terbatas dan hal ini bisa dilakukan dengan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Seperti Dinas Kesehatan, kepolisian, perangkat desa di wilayah masing-masing hingga bisa juga disampaikan pada jajarannya yang merupakan wakil rakyat.
Sementara itu, Ansori sopir angkutan hewan berharap pemerintah dapat memperhatikan nasib dirinya dan rekannya yang lain untuk terus keberlangsungan hidup sementara aktivitasnya terhenti akibat PMK.
Lain halnya Alpiani, peternak sapi yang memiliki 4 ekor sapi itu mengakui hewan ternaknya sehat-sehat saja. “Alhamdulillah sehat semua (sapi, red). Saya telepon dulu petugasnya, mereka datang memeriksa dan memberi vitamin. Saya datang ke sini ingin mendengarkan penjelasan dari dinas sehingga saya bisa ikut waspada hewan ternak lainnya, karena saya merasakan kekhawatiran juga,” ujarnya yang memiliki hewan ternak kambing selain sapi. (DY/fa)