KANIGARAN - Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Kota Probolinggo menyelenggarakan Bimbingan Teknis Desain Kemasan Produk, Selasa (12/9) siang. Bimtek Desain Kemasan Produk ini, bertempat di Rumah Batik Jalan Mastrip, Kanigaran kota setempat. Mengundang 30 orang pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM) makanan dan minuman (mamin), acara ini menghadirkan narasumber dari UPT Mamin Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur Agus Santoso.
Kabid Perindustrian Ngatmito melaporkan bahwa maksud diselenggarakannya giat ini yaitu untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk dengan peningkatan mutu kemasan. “Meningkatkan wawasan dalam pembuatan desain produk dan kemasan serta mendorong perkembangan industri kreatif di Kota Probolinggo sebagai basis penguatan ekonomi lokal,” urainya.
Sementara itu Kepala Disperinaker Budiono Wirawan yang diwakili Sekdis Rachma Nurcahyarini menyampaikan apresiasi atas kehadiran para peserta bimtek dan berharap dapat mengikuti bimtek ini dengan baik. “Tidak semua mempunyai kesempatan, mumpung ini ketemu Pak Agus (narasumber) dari provinsi yang nanti ibu-ibu semuanya dibimbing untuk bisa memberikan kemasan produk yang bagus. Kemasan yang menarik, yang diminati dan mungkin masa kini itu bagaimana. Ini kalau di luar lumayan biayanya sekitar Rp 600 ribu sampai Rp 2 juta per orang. Ibu-ibu kan semuanya di sini difasilitasi oleh pemerintah dan ini wujud keseriusan dari pemerintah untuk ibu-ibu semuanya,” ucapnya pada peserta yang mayoritas kaum hawa itu.
Karena olahan makanan atau kuliner masih banyak peminatnya sehingga menjadi fokus perhatian bagi IKM untuk menampilkan desain-desain yang menarik dan menjaga kualitas produknya. “Seringkali kemasan produk IKM belum memiliki standar, seperti aspek estetika atau keindahan, ergonomis, dan faktor keamanan produk. Kemasan produk makanan IKM masih dibuat apa adanya, tidak ringkas dan terkadang berbahaya dari segi kesehatan karena menggunakan bahan kimia,” jelasnya.
Tak hanya itu, kebanyakan pelaku IKM masih enggan untuk membenahi kemasan disebabkan masalah biaya, lanjutnya. Atau ketidaktahuan informasi untuk menggunakan kemasan yang lebih bagus dan aman.
Ditemui di sela acara, Fenty Dyah Sari warga Perum Wirojayan Asri Kelurahan Wiroborang Kecamatan Mayangan, menuturkan usahanya dibuat saat dirinya dulu masih kecil sering menemani sang nenek membuat keripik pisang untuk dikonsumsi sendiri. “Ilmunya dadakan, setelah nenek meninggal sudah tidak pernah makan keripik pisang lagi. Kemudian tahun 2010 ada permintaan keripik pisang dengan harga Rp 350 per kemasan, mau tidak mau akhirnya belajar. Tahun 2011 ikut festival jajanan, alhamdulillah dapat juara 2,” kata pemilik usaha Fendysa itu gamblang.
Fenty (45) telah mengantongi beberapa legalitas usahanya seperti PIRT, label halal, NIB dan NPWP. Selain itu, ia mengaku juga aktif mengikuti giat yang diselenggarakan pemerintah. “Setiap event yang diadakan pemerintah saya ikut. Alasannya adalah untuk menambah wawasan dan perbaikan kemasan. Dengan harapan penjualan semakin meningkat dengan kemasan yang lebih bagus lagi,” tuturnya.
Ia pun mengutarakan kendala selama ini kerap dijumpai dalam usahanya. “Kendalanya produk ada yang rusak saat pengiriman luar kota karena packaging kurang bagus. Solusinya kami memakai continuous sealer atau sealer yang bisa menggembungkan kemasan,” jelasnya.
Ia biasa menjual produknya di pusat oleh-oleh Dekranasda, kayu putih (Bromo View), outlet Alhandi Jalan Ikan Hiu Mayangan dan Indomaret offline dan online yang dikerjakan bersama suaminya. “Kerja bareng suami, kalau ada orderan banyak nambah tenaga kerja,” pungkasnya. (dy/qie)