KANIGARAN - Sebanyak 86 kontingen yang terdiri dari undangan kabupaten/kota sekitar, organisasi perangkat daerah, kelurahan, sekolah, lembaga dan kelompok masyarakat ikut menyemarakkan Pawai Budaya, Sabtu (9/9) malam. Dilepas Wali Kota Habib Hadi Zainal Abidin dengan bendera hijau, kontingen menempuh rute start depan kantor wali kota Jalan Panglima Sudirman, Perempatan King ke utara Jalan Gatot Subroto, belok kiri sepanjang Jalan Ahmad Yani ke barat dan, finish di Alun-alun.
Pawai Budaya ini merupakan salah satu rangkaian dalam peringatan Hari Jadi Kota Probolinggo (HadiPro) ke-664 untuk memperkenalkan potensi budaya dan seni lokal yang ada di Kota Probolinggo. Sehingga masyarakat umum, khususnya warga Kota Probolinggo mengetahui budaya seni asli Kota Probolinggo. “Juga menumbuhkan kembangkan jiwa seni generasi muda Kota Probolinggo khususnya bagi para pelajar,” ucap Ketua Panitia HadiPro Wawan Sugiantono dalam laporannya.
Wawan yang sekaligus menjabat sebagai Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan (Asekbang) itu juga menjelaskan maksud dan tujuan diselenggarakannya giat ini, yaitu menunjang promosi pariwisata daerah. Sebagai ajang aspirasi seni budaya masyarakat Kota Probolinggo, sekaligus menumbuhkembangkan rasa cinta pada budaya Kota Probolinggo. “Menjadikan event pawai budaya ini sebagai event tahunan yang dapat menarik kunjungan wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung di Kota Probolinggo, serta sebagai wahana hiburan bagi masyarakat dan mengenalkan seni budaya Kota Probolinggo,” jelasnya.
Wali Kota Habib Hadi menilai pawai budaya ini sebagai gambaran representasi kearifan lokal yaitu budaya pendalungan yang terdiri dari beberapa etnis seperti Madura, Jawa, Arab dan Tionghoa sehingga patut terus dihargai dan dilestarikan melalui tampilan-tampilan. Berbagai acara dapat dilakukan untuk menggali potensi budaya yang beraneka ragam. “Itulah peluang negara Indonesia, khususnya Kota Probolinggo untuk mengembangkan budaya sekaligus menggerakkan ekonomi sehingga masyarakat, dan semua aspek akan memperoleh manfaatnya. Tadi kita lihat tampilan-tampilan dari adek-adek SMPN 8 dan SMPN 5. Kita lihat begitu luar biasa, masa depan mereka harus kita perhatikan karena kita harus bisa menjaga keberlangsungan (mereka) untuk masa depan Kota Probolinggo khususnya,” buka Habib Hadi dalam sambutannya.
Ia mengucapkan terima kasih pada masyarakat atas kebersamaannya karena tanpa ada kebersamaan apa yang akan dilaksanakan oleh pemerintah tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. “Dan saya melihat dari peserta pawai sangat luar biasa menampilkan segala macam budaya yang ada. Dan perlu saya sampaikan semua ini betul-betul menunjukkan perbedaan bukan menjadikan kelemahan kita. Justru keanekaragaman menjadi kekuatan kunci keberhasilan Kota Probolinggo,” terang Habib Hadi yang malam itu memakai baju adat Aceh ditemani istrinya Ketua TP PKK Aminah Hadi.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kompak saling menjaga, saling menghargai satu sama lainnya. “Dan alhamdulillah saya patut berbangga dan patut bersyukur Kota Probolinggo selama ini sudah betul-betul menunjukkan kekompakan, kebersamaan dalam keanekaragaman. Tidak ada perpecahan dan perselisihan. Terus kita pertahankan jangan sampai kita terpecah belah sehingga kita harus bisa melestarikan budaya yang ada di Kota Probolinggo,” ajaknya.
sebelum pawai berlangsung, terdapat tari kolosal yang dipersembahkan 200 pelajar dari SMPN 8. Mereka menari Yamko Rambe Yamko (Papua), Aceh (Saman), dan Probolinggo (Gelipang). Tari Pesona Nusantara juga ikut dipersembahkan oleh SMPN 5 dan tari kebyar mendalung dari Sanggar Bayu Kencana. Kemudian dilanjutkan dengan atraksi dari Paskibraka Kota Probolinggo yang ikut melepas jalannya pawai budaya dimulai pukul 19.00 WIB.
Salah satu penonton pawai, Warna Warina (27) datang bersama ibunya dengan mengendarai motor. “Menginspirasi, nanti buat ke depannya bisa ditingkatkan lagi karena ini (pesertanya) juga dari luar daerah. Dari peminatnya masyarakat juga bagus, dari pengamanannya juga oke,” kata ASN Dishub Pemerintah Kabupaten itu yang duduk santai di trotoar depan pemkot.
Ia mengaku baru pertama kali melihat event ini dan sangat menikmati apalagi melihat teman-temannya yang telah tampil dulu di nomor 5, yaitu kontingen Pemerintah Kabupaten Probolinggo. Ditanya datang dan pulang, ia menjawab sambil tertawa. “Tadi datang habis maghrib, ya sampai secapeknya. Kayaknya ini masih lama ya?,” tanyanya.
Hal yang sama diakui pula penonton lainnya, Ifa Rofiyana (44) warga Tisnonegaran ini mengaku tidak pernah melihat pawai budaya secara langsung di tempat. “Belum pernah, tahun kemarin lihat dari online di rumah. Kan waktu itu Covid, takut mau ke luar rumah. Ketimbang melihat di online lebih senang melihat langsung karena lebih ngerti suasananya. Terus pertama kalinya ini pawai pada malam hari dan lebih enak malam hari. Semoga Kota Probolinggo lebih maju lagi,” urainya.
Meskipun nontonnya malam hari, Ifa tidak merasakan takut. “Tidak takut karena ada yang menemani bersama ibu. Tips nonton malam hari kita harus waspada, jangan percaya sama orang, kalau pulang bisa minta jemput sama suami, yang terpenting jaga diri,” sarannya. (dy/qie)