MAYANGAN - Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Probolinggo menggelar kegiatan sarasehan tokoh masyarakat lintas agama di Puri Manggala Bakti, Senin (29/5) pagi. Kegiatan yang dikemas dalam bentuk dialog tersebut mengusung tema “Peran FKUB Dalam Membangun Kondusivitas Masyarakat Menghadapi Pemilu 2024” dengan menghadirkan nara sumber dari Dekan FISIP Universitas Panca Marga Probolinggo dan Kementerian Agama Kota Probolinggo serta dibuka langsung oleh Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin.
Dalam sambutannya, Wali Kota Habib Hadi menyampaikan kerukunan antar umat beragama merupakan salah satu pilar penting bagi suksesnya pembangunan secara menyeluruh. Maka, segala hal yang dapat menjadi potensi laten yang dapat memicu gesekan, bahkan konflik yang didasarkan pada agama harus segera diselesaikan sedini mungkin. Peran FKUB, menurutnya, sangat penting dalam menumbuhkan toleransi dan saling menghormati antar umat beragama.
“Saya mengingatkan kembali karena sudah mendekati situasi pemilu 2024, karena isu yang paling mudah digesek adalah isu agama. Jadi, kita punya kewajiban untuk mengingatkan. Kita harus menjaga sikap terutama di media sosial, karena media sosial mudah untuk mengadu domba. Ayo kita jaga kota ini dengan saling menghargai satu sama lain,” ajaknya.
Mewujudkan kerukunan, ketentraman dan ketertiban umum di masyarakat bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan keamanan saja, tetapi semua komponen masyarakat juga ikut bertanggung jawab berpartisipasi memelihara ketertiban di masyarakat dengan tetap mematuhi peraturan perundang-undangan.
Habib Hadi meyakini tidak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan terjadap pemeluk agama yang lain. Dengan mengedepankan toleransi, lanjutnya, maka seluruh unsur-unsur kebaikan dalam setiap ajaran agama dapat diaplikasikan tanpa adanya konflik atau perselisihan antar umat beragama, sehingga pembangunan di Kota Probolinggo dapat berjalan dengan lancar, kondusif, aman dan tentram.
“Apabila ada kekurangan dari pemerintah ayo duduk bersama, kan sudah ada wadahnya yaitu FKUB. Rumuskan dan masukkan konsep, sehingga kami bisa menerima dan pelajari mana yang bisa kami adopsi dan lakukan untuk jangka pendek dan menengah. FKUB menjadi wadah untuk merangkum keluh kesah dan tantangan yang terjadi. Ini menjadi harapan dalam menghadapi persoalan yang ada,” ujarnya.
FKUB sendiri sebagai mitra strategis pemerintah di dalam memelihara kerukunan antar umat beragama, diharapkan dapat terus dikuatkan. Serta memberikan bimbingan dan pencerahan kepada umatnya serta mengedukasi masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh paham-paham yang tidak jelas kebenarannya, bahkan bertentangan dengan ajaran agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
“Di dalam kegiatan keagamaan saya berharap jaga kerukunan, jangan ada gesekan dan perpecahan di dalam situasi dan kondisi politik. Jangan sampai terprovokasi, lebih bagus kita introspeksi diri, menahan diri sambil memahami. Tidak termakan isu-isu yang berkembang. Lebih baik dibahas tertutup daripada sampai di media sosial,” pesan wali kota.
Sementara itu, Ketua FKUB Kota Probolinggo Ali Muhtar menjelaskan tema tersebut diangkat mengingat saat ini telah berada di tahun politik sehingga ekalasi politik menjadi meningkat dan menyapa masyarakat untuk mendapatkan pengaruh dan dukungan. Keadaan ini akan berpengaruh pada pergaulan yang kurang harmonis antar warga masyarakat.
“Namun tetap harus dijaga jangan sampai menimbulkan konflik disertai kekerasan. Sejatinya terjadinya konflik tidak masalah, tetapi konflik harus dikelola menjadi energi positif yang menghasilkan persaingan sehat untuk memilih pemimpin yang berkualitas dan bermartabat,” bebernya.
Menghadapi tahun 2024 tantangan yang terus menghantui yakni semakin derasnya arus informasi yang memanfaatkan media sosial sebagai alat komunikasi dengan segala akibat, yang buruk maupun yang baik. Ali Muhtar berpendapat, rasanya semakin susah menyaring informasi yang beredar, dimana yang benar dan yang hoax. Belum lagi adanya informasi yang provokatif, menyulut dan menghasut, yang berpotensi menimbulkan konflik horizontal.
Ada lagi satu tantangan yang masih menghantui demokrasi bangsa ini yang masih berlatar belakang identitas keagamaan. Apakah satu agama yang sama tetapi beda mazab maupun agama yang berbeda. Hal ini patut diwaspadai jangan sampai terjadi percikan, sebab bila terjadi akan susah memadamkannya. “Karenanya melalui forum ini, kami dari FKUB Kota Probolinggo mengajak semua stakeholder khususnya para pemuka lintas agama, tokoh masyarakat, pemuda dan mahasiswa mampu memposisikan diri menciptakan suasana kondusif, sejuk, damai dan aman,” imbuhnya.
FKUB yakin apabila pemuka lintas agama, masyarakat, tokoh pemuda dan mahasiswa, bahu membahu membendung hal-hal yang mengarah terjadinya konflik disertai tindakan kekerasan akan dapat ditanggulangi. Abila kesadaran ini telah terbangun di setiap individu warga negara Indonesia maka Pemilu 2024 akan berjalan dengan aman, damai dan kondusif.
“Kami FKUB memberikan apresasi kepada Polres Probolinggo berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Probolinggo membentuk petugas keamanan lingkungan dengan nama Polisi RW. Yang diharapkan mampu mendeteksi dini permasalahan yang ada di lingkungan masyarakat. Dengan harapan polisi RW mampu memberikan rasa nyaman, dan aman bagi warga Kota Probolinggo,” pungkasnya.
Kegiatan ini diikuti 53 peserta terdiri dari ormas keagamaan, Kementerian Agama setempat, dan sejumlah OPD terkait, Bakesbangpol dan Bagian Kesra. (mir/es)