KADEMANGAN – Dari Kawasan Pantai Permata Kelurahan Pilang, hari ini (24/9), giat Festival Gir Sereng diadakan dan dibuka oleh Camat Kademangan Gofur Effendi. Sejumlah tampilan kesenian pun disajikan, di antaranya tari Gir Sereng dan iringan musik Duk-duk Singo Wongso.
Festival Gir Sereng, adalah tampilan seni budaya kearifan lokal Probolinggo yang menjadi minat warga wilayah setempat.
Camat Gofur menyampaikan bahwa dengan memanfaatkan lahan pantai yang begitu luas, disulap lah pantai yang terbentuk karena erupsi Gunung Bromo tahun 2010 lalu itu, menjadi dua titik lokasi pelaksanaan lomba yang menyedot animo ribuan masyarakat untuk merapat. Yaitu Festival Layang-layang Kreasi dan Festival Masak Tebalan.
“Beberapa tahun terakhir ini Pokdarwis didukung oleh Kelurahan Pilang dan Dispopar berupaya mengelola Pantai Permata ini sehingga menjadi salah satu destinasi wisata yang cukup menarik untuk pelepas penat bagi warga Kota Probolinggo dan sekitarnya,” terangnya.
Gofur menambahkan, festival layang-layang sendiri sudah menjadi agenda rutin tahunan yang dimulai sejak tahun lalu. Namun karena satu dan lain hal, pelaksanaannya kali ini kuota peserta dibatasi hanya sampai seratus saja.
“Ini tidak saja dapat melestarikan kearifan lokal namun juga merupakan potensi wisata yang dapat mendatangkan kunjungan wisatawan. Itulah konsep yang coba diusung Kelurahan Pilang di festival kali ini,” katanya.
Seperti diketahui, setiap bulan Juli hingga September, Probolinggo mengalami fenomena yang disebut Angin Gending. Di mana angin yang cukup kencang, datang dari gunung bergerak menuju lautan. Pada bulan-bulan ini pula, ungkapnya, banyak warga yang memanfaatkan untuk bermain layang-layang, baik itu layang-layang hias ataupun layang-layang aduan.
Lomba Layang-layang Kreasi
Ratusan layang-layang berbentuk unik, hasil dari kreativitas 100 orang peserta Lomba Layang-layang Kreasi berhasil diterbangkan di area Pantai Permata Pilang. Seperti layangan dengan model gambar Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin, pesawat terbang, burung garuda, hingga kuda jantan, berlenggak lenggok di udara.
“Sesuai dengan tema yang diusung, yakni HadiPro ke-664,” ujar salah satu Dewan Juri M. Abdu Adda’i Ilal Haq sambil sesekali memantau pergerakan layang-layang di udara.
Abdu menuturkan, dari ratusan layang-layang yang diadu itu hanya akan diambil 3 juara terbaik saja dan 1 juara favorit. “Juara satu, dua, tiga dan favorit. Dengan memperebutkan total hadiah jutaan rupiah,” katanya.
Adapun kriteria penilaian untuk lomba ini, lanjutnya, dilihat dari kreasi bentuk dan desain yang dibuat, keindahan komposisi dan mampu melayang tenang di udara selama 3 menit. “Misal layang-layang jatuh, ini boleh diterbangkan lagi, tapi durasi tetep jalan. Lha kalau lebih dari tiga menit si layang-layang masih belum bisa diterbangkan, ini yang nggak dapet penilaian tim juri,” terangnya.
Meski hanya terbatas kuota, animo untuk mengikuti giat ini cukup tinggi. Hal itu bisa dipastikan dari masih banyaknya calon peserta yang nekat mendaftar. “Animonya sangat bagus, dan ini bisa jadi evaluasi pelaksanaan yang akan datang untuk menambah kuota,” ujarnya.
Ia pun menekankan bahwa dengan permainan layang-layang ini adalah kearifan lokal yang mampu menyedot kunjungan wisatawan, menjadi ajang silaturahmi dan sekaligus salah satu permainan tradisional yang harus dilestarikan. “Kita sama-sama pecinta dan hobi main layangan. Jadi lomba itu hanya sekedar fasilitas untuk main bareng. Kalah happy, menang yo tambah happy,” pungkasnya.
Senada dengan apa yang disampaikan Abdu, bagi salah satu peserta asal Kareng Lor, Hasan Wirayuda yang mengaku termotivasi mengikuti lomba ini karena selain ingin turut andil dalam memeriahkan Hari Jadi ke 664 Tahun Kota Probolinggo, dirinya memang hobi bermain layang-layang. “Bawa layangan motif batik wayang. Seru, gak menang nggak masalah. Dibawa santai aja, seneng-seneng,” tuturnya.
Selain Lomba Layang-layang Kreasi, giat yang dimulai sekira jam 7 pagi itu juga diwarnai dengan adanya Lomba Masak Tebalan, yang diikuti oleh 20 orang peserta PKK RT se-Kelurahan Pilang. Ide lomba sendiri berasal dari aktivitas warga yang biasa mencari kerang tebalan di pesisir Pantai Permata, yang dikenal kaya akan binatang lautnya. Karena itu, Lomba Masak Tebalan dimaksudkan untuk mengenalkan masakan khas itu sekaligus mengangkat ekonomi masyarakat sekitar.
Sama dengan perlombaan layang-layang, peserta lomba kreasi masak kerang daun ini juga mengincar juara terbaik 1,2,3 dan favorit sebagai pemenangnya. Dengan melibatkan penilaian dari 3 orang tim juri professional dari PCPI, Pokja 3 dan Ahli Gizi Puskesmas Ketapang, kreasi peserta akan dilihat dari sisi nilai gizi yang terkandung dalam tiap porsi, penghitungan karbo dalam satu porsi tebalan yang dimasak peserta. Termasuk di dalamnya kandungan lain seperti protein hewani dan nabati serta sambal sebagai vitamin C sekaligus pelengkap kreasinya. Serta tak kalah pentingnya dari semua itu adalah tekhnik plating dan rasa dari masakan itu sendiri.
Salah satu juri Nina Nuryani menegaskan, penilaian bukan terletak pada banyaknya porsi yang dihidangkan. Melainkan kandungan dalam satu porsi makanan yang bisi dan biasa dimakan. “Peserta kita suruh bikin satu porsi dalam satu piring, yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Misalkan, nasi 150 gram ditambah protein hewani dari tebalan ini katakana seons, sayur dan sambalnya berapa banyak, begitu. Jadi harus berimbang,” jelas Nina.
Tak hanya sekedar bersaing dalam mengkreasikan olahan kerang, di ajang ini, peserta juga diberikan arahan dan masukan terkait ide jualan masakan siap saji yang bisa dipraktekkan masyarakat di pesisir pantai utamanya, dalam meningkatkan nilai ekonomi.
“Dari maskan ini layak jual atau enggak, nanti kita tanyakan juga. Dan sekaligus ini bisa menjadi ikon Pilang yang ditawarkan pada pengunjung di area Pantai Permata, dengan memadupadankan olahan tadi dengan nasi jagung,” pungkasnya. (es/qie)