KANIGARAN - Edi Wawan Hendrianto warga Jrebeng Lor kembali mendatangi tempat Hijrah Hapus Tato di rumdin wali kota, Jalan Panglima Sudirman, Sabtu (4/3). Ia tergerak mendatangi tempat ini karena inisiatif pribadi ingin menghilangkan tato kalajengking yang ia buat sekira masih umur 22 tahun.
“Dulu kan masih muda, mikirnya tidak panjang. Cuma seneng sudah punya tato. Kebanyakan kalau pake tato itu sangar, ganteng, keren dan laki gitu. Sekarang pengen dihapus karena sudah punya istri dan anak. (Punya tato) kayaknya tidak pantas,” tuturnya menyesal.
Ya, sepenggal cerita Edi itu diakui pula oleh Putri (27) warga Dringu Kabupaten Probolinggo yang menyesal dirinya telah mentato kulitnya karena kini dirasakan tidak memiliki manfaat. “Iya salah satunya pengen hijrah, udah nyesel, pengen bersih aja. Dan untuk urusan pekerjaan memang diharuskan banyak yang tidak membolehkan bertato. Mending jangan (bertato) deh, untuk cari kerja susah,” tuturnya.
Di Kota Probolinggo, event ini telah empat kali digelar di tempat yang sama. Kali ini sebanyak 42 pendaftar secara online dan 13 pendaftar offline. Pelaksanaan dimulai pukul 8 pagi hingga 5 sore. Dewan Dakwah Kota Probolinggo memberikan kesempatan kepada siapapun yang ingin hijrah menghapus tato, dipersilahkan untuk datang. Hapus tato dilaksanakan selama dua hari, berakhir besok (5/3).
“Apalagi ini free (gratis), kami juga pernah tanya (sambil menunjukkan lengan), dengan lebar segini biaya hapus sebesar Rp 2-4 juta, macam-macam tergantung motifnya. Memang memfasilitasi supaya teman-teman yang salah jalan bisa hijrah. Termasuk dari luar kota juga banyak (yang memanfaatkan event ini),” jelas Ketua panitia Heri Wijayani.
Heri berharap ke depan peserta event ini semakin berkurang. Artinya, keberhasilan untuk mengajak berhijrah dinilai berhasil. Tahap I jumlah peserta 91 orang, tahap II sebanyak 114 orang, tahap III sebanyak 73 orang dan tahap IV ini diperkirakan semakin berkurang.
“Alhamdulillah selama empat kali diadakan selalu difasilitasi oleh Bapak Wali Kota. Jadi jika pesertanya berkurang kita juga ikut senang. Artinya, jumlahnya banyak mengindikasikan kurang bagus juga. Intinya itu kita ingin memfasilitasi saudara-saudara kita yang ingin berhijrah ke arah yang lebih baik lagi. Karena tatonya hanya sebentar dan menyesalnya seumur hidup,” pungkasnya. (DY/fa)