Ngopi Item Mesra Kembali Digelar, Ajak Pelaku Usaha Peduli Lingkungan

2024

MAYANGAN - Selasa, 9 Juli 2024 bertempat di salah satu cafe Kota Probolinggo, Pj. Wali Kota Nurkholis menghadiri acara ngobrol santai mengenai pencegahan pencemaran air dan pengolahan air limbah bersama 20 pelaku usaha yang ada di Kota Probolinggo. Di antaranya ada pemilik klinik, industri otomotif, perhotelan, rumah makan, dan tekstil.

Acara ini dikemas dengan konsep “Ngopi Item Mesra”, sebuah akronim dari Ngobrol Peduli Lingkungan Mitra Perusahaan dan Masyarakat menuju Sejahtera Bersama dengan Pelaku Kegiatan Usaha. Turut hadir Sekda Kota Probolinggo drg. Ninik Ira Wibawati, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Wawan Soegyantono, Staf Ahli Bidang Perekonomian dan Keuangan Slamet Suwantoro,  dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Retno Wandansari.

Di sana, Nurkholis mengajak para pelaku usaha sebagai salah satu mitra strategis pemerintah untuk bersama-sama menjaga kualitas lingkungan hidup, khususnya pencegahan pencemaran air melalui pengujian air yang ada di UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo.

Bukan tanpa alasan, menurut Nurkholis, isu lingkungan hidup saat ini telah menjadi perbincangan global, termasuk di dalamnya penurunan kualitas air dan pencemaran air yang diakibatkan dari aktivitas usaha.

“Saya mengimbau kepada seluruh para pelaku usaha untuk melakukan uji kualitas air secara rutin dan berkala. Di Kota Probolinggo, sudah ada UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam melaksanakan pemantauan kualitas air, baik itu uji air limbah maupun pengujian kualitas air sumur/mata air/sumber air yang digunakan dalam aktivitas usaha,” tegasnya.

Selain Nurkholis, Kepala DLH Kota Probolinggo Retno Wandansari pun turut memberikan tanggapan yang sama. Retno menyebut Indeks Kualitas Air di Kota Probolinggo adalah 5,02 atau kategori tercemar ringan. Apa yang menyebabkan pencemaran, salah satunya adalah limbah dari aktivitas usaha yang dilakukan.

“Cemaran ini kita uji di enam aliran sungai yang ada di Kota Probolinggo. Salah satu penyebabnya adalah dari aktivitas usaha yang dilakukan oleh masyarakat,” jelas.

Dalam sesi diskusi, Benjamin selaku pengelola Beejay Seafood menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan kewajiban untuk melakukan pemantauan kualitas air limbah yang dikeluarkan sebagai hasil sampling satu bulan sekali.

“Kami kan bergerak dalam pengolahan ikan laut, secara rutin kami melakukan cek satu bulan sekali. Sebenarnya limbah yang dihasilkan tidak signifikan karena semuanya terpakai, mulai dari kepalanya, tulangnya, isi perutnya pun terjual untuk pakan lele. Jadi, boleh dikata pencemarannya sangat kecil. Bahkan pada proses pencucian ikan, kami menggunakan sumur dalam air laut, sehingga bisa terbilas bersih dengan air laut yang kita pakai,” terangnya.

Benjamin melanjutkan, ketelitian dan peralatan dari laboratorium lingkungan sangat penting sebagai acuan. Ia mencontohkan, sedikit saja kurang teliti misal kesalahan pada penentuan parameter logam yang melebihi batas, maka pelaku usaha tidak bisa ekspor.

Menanggapi hal tersebut, Kepala UPTD Laboratorium Lingkungan, Meri Dian menyatakan segala persyaratan dan peralatan yang diperlukan sudah dikalibrasikan di laboratorium kalibrasi yang tentunya sudah terakreditasi, sehingga hasil ujinya bisa dipertanggungjawabkan jaminan mutunya.

“Jadi jaminan mutu kami yang kami berikan untuk menghasilkan data yang valid adalah kegiatan analisa dilakukan oleh personil yang kompeten. Kemudian peralatan yang digunakan itu sudah terkalibrasi oleh laboratorium eksternal yang sudah terakreditasi. Begitu juga bahan-bahan kimia yang kami gunakan standarnya sudah pro analis,” tambahnya. (uby/pin)

BAGIKAN