KANIGARAN - Jingle Stop Boros Pangan bergema di Ruang Puri Manggala Bhakti. Ya, pada Jumat (20/9) pagi Pemerintah Kota Probolinggo melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan setempat menggelar Sosialisasi Penanganan Food Loss and Waste (FLW). Sebuah gerakan edukatif dalam Upaya Peningkatan Konsumsi Pangan Masyarakat yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA). Hadir membuka kegiatan adalah Penjabat Ketua Tim Penggerak PKK Kota Probolinggo RR. Dewi Maharani Nurkholis.
Pada kesempatan itu, Dewi Maharani mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci dalam menangani permasalahan food loss dan waste. Khususnya dengan mengajarkan kepada anak-anak agar memiliki kesadaran untuk menghargai makanan. “Pendidikan dan kesadaran adalah kunci dalam mengatasi masalah ini. Dengan mengajarkan anak-anak kita sejak dini untuk menghargai makanan dan menghindari pemborosan pangan, kita sedang membangun pondasi untuk masa depan yang lebih baik,” terang istri Penjabat Wali Kota Probolinggo Nurkholis itu.
Dewi Maharani juga mengimbau kepada semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam menangani food loss and waste, sehingga masyarakat dapat mengakses makanan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. “Untuk memperkuat komitmen kita dalam menangani masalah food loss and waste, sekaligus meningkatkan kualitas konsumsi pangan di tengah masyarakat,” tambahnya.
Melengkapi materi mengenai Sosialisasi Penanganan Food Loss and Waste, juga dihadirkan narasumber dari pendiri Garda Pangan yakni Dedhy Trunoyudho serta perwakilan Perhimpunan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Kota Probolinggo Eko Hartono.
Dalam pemaparannya, Dedhy mengungkapkan bahwa sampah makanan yang terbuang dan tertimbun di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Salah satunya adalah gas metana yang mudah terbakar. Oleh karena itu, ia mengajak para peserta untuk mengelola konsumsi rumah tangga dengan menerapkan manajemen belanja yang efektif.
“Jadi sebelum belanja, harus ditulis dulu, kalau misal tidak ada catatan, bisa banyak yang ingin dibeli. Harus diperkirakan ya, kita punya kulkas itu jangan semuanya dimasukkan ke kulkas, kita harus tahu kapasitasnya, misalnya kita belanja untuk 3 hari ke depan, ya sudah kita catat belanjaannya, harus dicocokkan juga sama selera keluarga, anak-anak sukanya apa, bapak ibu ngikut,” terang pria asal Surabaya itu.
Berikutnya, Eko Hartono Setiawan hadir membawakan materi berjudul Penerapan B2SA Dalam Menekan Food Loss dan Food Waste. Menurutnya, konsep pangan B2SA harus memenuhi beberapa kriteria. Diantaranya lengkap kandungan gizi mikro dan makro, sesuai dengan kebutuhan dan waktu makannya serta terbebas dari bahan berbahaya kimia, fisik maupun biologis.
Hadir sebagai peserta sosialisasi antara lain perwakilan kader PKK, pelaku usaha makanan, hotel dan restoran serta anggota dari Perkumpulan Peduli Sampah (Papesa) Kota Probolinggo. (dp/pin)