PROBOLINGGO – Pemerintah Kota Probolinggo menerima kunjungan CEO Stellio Projects dari Belanda, yakni Marinus Luijk, Jumat (16/8). Kunjungannya kali ini merupakan tindak lanjut dari zoom meeting antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan Kedutaan Besar Indonesia di Belanda, untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Probolinggo.
Stellio merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan, konsultasi teknologi, hingga pembangunan pabrik. Perusahaan ini juga andal dalam memberikan solusi inovatif yang bisa menguntungkan bagi industri, termasuk industri sampah. Dalam hal ini, Stellio Projects bekerjasama dengan Kedutaan Besar di Indonesia untuk melakukan sejumlah proyek di Indonesia.
Di Kota Probolinggo, Marinus Luijk berkesempatan mengunjungi TPA Bestari dan berdiskusi dengan Pj Wali Kota Nurkholis di ruang kerjanya. Hadir dalam pertemuan antara lain Sekretaris Daerah drg. Ninik Ira Wibawati, Kepala Dinas PUPR Setyorini Sayekti, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Wawan Soegiyantono, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Retno Wandansari, serta pejabat terkait.
Nurkholis menyebutkan dengan populasi sekitar 244.000 jiwa, timbulan sampah di Kota Probolinggo mencapai 122 ton per hari. Hal ini tentunya memerlukan pengolahan dan pemilahan sampah yang baik. Ia pun berharap kedatangan Marinus kali ini bisa memberikan solusi atas permasalahan sampah yang ada.
“Ke depannya kami berharap Pak Marinus dan perusahaannya bisa membantu kami untuk memaksimalkan pengolahan sampah di Kota Probolinggo. Bantuan itu mungkin bisa dalam bentuk saran atau pendampingan, kursus singkat, atau pun bantuan peralatan,” ujar Nurkholis.
Apalagi, lanjut Nurkholis, mengingat lahan TPA yang terbatas, membutuhkan tata cara dan peralatan yang tepat bagaimana mengolah sampah. Karena, jika pengolahan sampah dilakukan dengan baik, tidak menutup kemungkinan Kota Probolinggo bisa bekerjasama dengan daerah lain untuk pengelolaan TPA Regional.
Sementara itu, Marinus Luijk mengaku pengolahan sampah di Kota Probolinggo sudah dilakukan dengan baik, namun ia menilai ada sejumlah poin yang bisa ditingkatkan. Salah satu poin yang dimaksud adalah pengolahan sampah organik untuk dijadikan kompos.
Diketahui, saat ini TPA Bestari memang memanfaatkan sampah daun kering untuk dijadikan kompos. Rata-rata, jumlah kompos yang bisa dihasilkan tiap bulannya mencapai 5 ton.
Menurutnya, jika Kota Probolinggo bisa memaksimalkan sampah organik untuk membuat kompos, maka jumlah produksi kompos bisa meningkat tajam dan nilai ekonomis yang bisa diperoleh bisa bertambah. Namun, untuk melakukan tersebut, harus dilakukan pemilahan sampah organik dan anorganik dari sumbernya.
“Terkait pemilahan sampah, bisa dilakukan uji coba terlebih dahulu di satu area. Bisa di restoran, pasar, atau permukiman. Uji coba dilakukan selama 6 bulan. Kita lihat hasilnya. Jika berhasil, bisa diterapkan di area lainnya. Ini bisa menjadi sebuah industri sampah yang cukup baik dan Kota Probolinggo nantinya bisa menjadi percontohan,” jelas Marinus.
Marinus menyatakan pihaknya akan mempelajari lebih detail tentang masalah dan potensi apa saja yang ada. Ia berharap setiap pemerintah bisa memanfaatkan industri sampah untuk memperoleh nilai ekonomis dari sampah.
Menanggapi hal tersebut, Kepala DLH Retno Wandansari mengatakan pihaknya mencoba gagasan yang disampaikan Marinus terkait pemilahan sampah. “DLH akan mengupayakan pemilahan sampah organik dan anorganik di lokasi percontohan, misal pasar. Ini menjadi upaya mengurangi sampah yang masuk ke TPA. Kami juga akan mencari metode baru pembuatan kompos dengan mencampur sampah daun kering dan sampah organik dari pasar,” jelas Retno. (pin/yul)