Kanigaran - Untuk mengenal pembatik di Kota Probolinggo, Pj Taufik Kurniawan bersama istri Nurani Chafsah berkunjung ke rumah batik, Kamis (3/10). Mereka sengaja ingin mengetahui secara langsung bagaimana proses produksinya. Pertama mengunjungi Aisha Art Batik hasil karya Ibu Yayuk yang ada di Jalan Mawar Permai. Disini mereka berbincang tentang produksi batik yang paling diminati pasar.
“Batik kami sudah merambah pasar luar negeri pak. Contohnya batik motif gunung bromo maupun motif khas Kota Probolinggo. Harganya memang lebih mahal pak, karena pembuatan desainnya lebih rumit sehingga butuh waktu sedikit lama. Kualitasnya yang disuka dari pewarna alami, kisarannya Rp. 3 juta,” urai Yayuk.
Di rumah batik ini, sang istri Nurani Chafsah yang sekaligus sebagai Pj Ketua Dekranasda mencoba membatik. Ia juga senang dan terkesan dengan hasil karya yang dipajang oleh pembatik di sana.
Berikutnya menuju ke rumah batik Wahyu Latri milik Ibu Eva di Jalan Panglima Sudirman. Kemudian menuju rumah batik milik Ibu Malikha yang akrab dengan Batik Manggur di Jalan Kh As-Sulthon Kademangan. Dan berakhir di gerai Dekranasda yang lokasinya di area alun-alun kota.
Menurut Pj Wali Kota Taufik Kurniawan, Batik Kota Probolinggo kualitasnya tidak kalah bersaing dengan daerah lainnya. Apalagi ia sempat berbincang dengan pembatik yang sering mengirimkan karyanya ke luar negeri, seperti Cina, Korea, Jepang. Yang berarti segmen pasarnya sudah ada dan diminati oleh kalangan mancanegara.
“Saya paling suka motif batik Kota Probolinggo yang mangga dan anggur sebagai ikon kota ini. Etnis motif tersebut menunjukkan dimana saya berpijak saat ini. Kita harus bangga memakai hasil karya dari daerah sendiri,” ujarnya.
Pj Taufik Kurniawan juga memberikan masukan agar batik disukai semua kalangan. Ia mengapresiasi event fashion show batik yang dipakai remaja beberapa waktu lalu. Karena itu harus dibuatkan pula desain yang menarik dan disuka kalangan anak mudanya. “Saya berharap Batik Kota Probolinggo agar bisa menekan biaya operasional, sehingga harga di pasaran juga lebih murah dan bisa bersaing,” pungkasnya.
Hal senada juga diungkapkan sang istri Nurani Chafsah, menurutnya desain batik sudah cantik dan menarik. “Kami berdua sengaja membeli batik yang bermotif mangga dan anggur serta motif lain yang menunjukkan jati diri kota ini. Tetap semangat bagi pembatik di kota ini, kita akan terus motivasi agar lebih dikenal. Saya melihat DKUP juga berupaya maksimal memfasilitasi dan promosi agar dikenal khalayak luas,” urainya.
Ia juga mengapresiasi berbagai produk UKM yang dipajang di gerai Dekranasda dengan kemasan menarik. (yul/pin)