Mayangan – Sekelompok pasien gagal ginjal yang tergabung dalam Probolinggo Dialysis Community (Prodity) bermain gamelan mengiringi launching “Mat Saleh Home Care”. Sebuah terobosan yang dilakukan RSUD dr Saleh dalam melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan berkelanjutan di rumah.
Sekda Kota drg Ninik Ira Wibawati meresmikan layanan mobil keliling itu, Jumat (8/3) bersamaan dengan Peringatan Hari Ginjal Sedunia. Ditandai dengan pemukulan gong serta pemotongan bunga, ia memeriksa peralatan yang dibawa tim medis saat berkunjung ke rumah pasien.
Dalam sambutannya, dokter gigi itu terisak mengingat sang ibunda yang mengidap gagal ginjal. “Jika berbicara tentang penyakit gagal ginjal, saya punya kisah yang tidak bisa terlupakan. Karena selama 7 tahun ibu saya dirawat di rumah sakit ini akibat penyakit tersebut. Karena itu harus sering kita gaungkan edukasi menjaga kesehatan ginjal kita. Selaras dengan tema talk show kali ini, mencegah lebih baik,” urainya.
Ninik juga meminta masyarakat memiliki kesadaran tentang faktor resiko gagal ginjal kronis seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas. Termasuk mengajak gaya hidup sehat dimulai sejak dini dan dilaksanakan secara konsisten. Dengan begitu, angka pasien gagal ginjal bisa diminimalisir.
“Saya juga mengapresiasi inovasi layanan “Mat Saleh Home Care”. Ada dokter, perawat, bidan, fisioterapis, nutrisionis, farmasi dan laboratorium. Mereka ini menunjang pelayanan kesehatan di rumah secara berkualitas dan berkelanjutan, sehingga membuat pasien menerima layanan yang paripurna,” pungkasnya.
Terpisah, Direktur RSUD dr Saleh, dokter Intan Sudarmadi menjelaskan rangkaian Peringatan Hari Ginjal Sedunia. Diantaranya, hari ini talk show dengan narasumber dokter spesialis penyakit dalam, dr Rizki Habibie, Sp.PD yang sekaligus penanggung jawab unit Hemodialisa. Pemberian souvenir bagi seluruh pasien ginjal di rumah sakit tersebut. Termasuk edukasi klinik udara di Radio Suara Kota, (15/3) mendatang
“Pelayanan Mat Saleh Home Care, diperuntukkan pasien di luar BPJS Kesehatan yang membutuhkan perawatan dengan kondisi kesehatan prioritas. Contohnya, pasien stroke, penderita luka gangren atau pasien yang harus menjalani perawatan berkelanjutan usai rawat inap,” ujarnya.
Sedangkan para peserta talk show sengaja menggandeng sejumlah perwakilan siswa SMA dan SMK se-kota. Dikarenakan para pasien gagal ginjal sudah merambah usai remaja 17 tahun dan menjalani cuci darah di rumah sakit ini. Salah satunya pasien bernama Nur Wahyudi (19) yang sudah menjalani terapi hemodialisis sejak SMA. Ia memberikan testimoni bagaimana awalnya hingga mengidap penyakit tersebut.
“Saya suka konsumsi minuman seperti suplemen itu, rasanya enak dan segar. Bisa sehari tiga kali atau lebih, karena sering pusing. Setelah setengah tahun diperiksa ternyata tensi darah mencapai 160 bahkan lebih. Gejala lainnya sesak napas, kaki bengkak, kencing sedikit. Sekarang harus diet dalam konsumsi makanan dan minuman. Juga terapi cuci darah secara rutin,” paparnya.
Talk show dilanjutkan dengan forum tanya jawab dimana para remaja yang hadir banyak bertanya secara detail kepada narasumber tentang bagaimana cara pencegahannya, apa yang harus dilakukan jika divonis gagal ginjal, dan banyak pertanyaan lainnya. (yul/pin)