KANIGARAN - Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) kembali menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang (SL) Budidaya Ikan Lele, kali ini mengambil lokasi di kawasan Pondok Pesantren Al Aliyatul Mukarromah, Kanigaran. Giat itu dibuka oleh Penjabat Wali Kota Nurkholis pada Kamis (12/9) sore.
“Sekolah Lapang ini bagus, ya, mengajari dari sisi produksi. Kalau sudah berproduksi, ajari juga cara menjualnya, bagaimana memasarkannya. Ini juga adalah bentuk dukungan pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat akan ikan di Kota Probolinggo,” jelasnya.
Bapak satu anak itu juga menyinggung terkait peran Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) yang dibentuk dengan tujuan untuk mensosialisasikan dan mensinergikan kegiatan di masing-masing institusi dengan program nasional. “Harapannya ini bisa dikembangkan lagi, ya. Dukungan juga untuk Forikan Kota Probolinggo terhadap kegiatan perikanan di Kota Probolinggo juga saya rasa,” terangnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Aries Santoso menyampaikan bahwa dalam rangka mendukung upaya pemberdayaan masyarakat di lingkungan pesantren, Pemerintah Kota Probolinggo mengeluarkan Perwali No.75 Tahun 2022 tentang Pendanaan Penyelenggaraan Pesantren.
“Sekolah lapang ini bisa diimplementasikan di pesantren untuk memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang budidaya ikan lele, agar dapat mengembangkan semangat kewirausahaan bagi santri sekaligus meningkatkan perekonomian di pondok pesantren,” kata Aries.
Aries mengungkapkan, sedikitnya ada 12 pondok pesantren penerima SL yang terbagi dalam 4 gelombang tahun ini. Di mana dalam pelaksanaannya, ada sejumlah bantuan bahan praktek yang diberikan. Diantaranya, kolam terpal, 2.000 ekor bibit ikan lele, 6 sak pakan ikan, 36 probiotik ikan, 2 bak gradding dan 1 serok ikan.
Tak sekedar membuka seremonial acara, Pj Nurkholis pun melihat secara langsung bagaimana ikan lele dibudidayakan dan bagaimana perawatannya. Di sekolah lapang budidaya ikan lele juga para kelompok tani dilatih bagaimana penanganan pasca panen ikan lele tersebut.
Nurkholis beserta jajaran juga meninjau dua kolam yang tidak terlalu besar dan terbuat dari terpal berbentuk bulat. Kolam itu berdiameter tiga meter, dengan kedalaman sekitar 1,5 meter. Pemeliharaan lele dengan sistem ini, menggunakan pakan alami. Di mana limbah budidaya dijadikan pakan alami dengan menambahkan probiotik.
Probiotik ini lah yang akan mengurai sisa-sisa pakan menjadi flok atau gumpalan-gumpalan berisi mikroorganisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing) yang bisa dijadikan pakan alami ikan. Sistem ini memiliki keunggulan, karena bisa pakai lahan yang terbatas dan dengan pakan alami. (es/pin)