KANIGARAN - Meningkatnya angka stunting yang sangat signifikan di Kota Probolinggo menjadi pukulan bagi semua pihak. Diketahui pada pertengahan tahun ini, Kota Probolinggo berada di posisi nomor dua teratas untuk kasus stunting di Provinsi Jawa Timur.
“Hal ini harus menjadi evaluasi bagi semua, mulai dari pengurus PKK tingkat kota, kecamatan hingga kelurahan. Hari ini kita akan diskusikan dan ini harus segera,” tegas Penjabat (Pj) Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Probolinggo Dewi Maharani Nurkholis saat memberikan pengarahan pada giat Rapat Koordinasi Pembahasan Permasalahan Stunting di Kota Probolinggo Bulan Juli 2024, di Aula Pertemuan TP PKK setempat, Kamis (4/7) sore.
Dewi Maharani menyampaikan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan angka stunting menjadi tinggi. Di antaranya, kesalahan saat penimbangan dan pengukuran, minimnya angka kehadiran di posyandu serta ketidaksesuaian antara data yang dimiliki kader dengan data dinas kesehatan.
“Untuk itu, perlu kiranya sebagai langkah awal kita melakukan klasifikasi permasalahan dalam kasus stunting ini. Dimulai dengan kegiatan validasi data stunting pada masing-masing kelurahan. Kemudian, pemetaan permasalahan penyebab stunting, berlanjut dengan upaya penanganan dan pencegahannya,” katanya.
Giat yang berlangsung sekira pukul 15.00 WIB itu pun dimulai dengan penyampaian laporan dari masing-masing kelompok kerja (Pokja) terkait upaya-upaya penanganan stunting apa saja yang dilakukan sampai dengan pertengahan tahun 2024 di masing-masing kelurahan.
Dewi menambahkan, pihaknya akan melakukan koordinasi dan kerjasama dengan seluruh jajaran di Pemerintahan Kota Probolinggo dalam penanganan kasus stunting ini.
“Saya harap dukungan dan kerja sama dari seluruh Tim Penggerak PKK di Kota Probolinggo dalam menangani kasus stunting ini. Mari bergandeng tangan, satukan langkah dan tekad untuk bersama menyelamatkan generasi penerus Kota Probolinggo. Tidak ada kata sulit apabila kita bersama dan tidak ada kata tidak mungkin selama kita berusaha mencoba,” tandasnya. (es/uby)