PROBOLINGGO – Wali Kota Probolinggo, dr. Aminuddin menerima audiensi Dewan Kesenian Kota Probolinggo (DKKPro) di ruang transit, Kantor Wali Kota, Jumat (29/8). Pertemuan ini membahas rencana alih fungsi Gedung Kesenian yang berada di kawasan Museum Probolinggo, Jalan Suroyo.
Hadir mendampingi wali kota, Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Setda Wawan Soegyantono, Asisten Administrasi Pemerintahan Madihah, Asisten Administrasi Umum Retno Fadjar Winarti, Kepala BPPKAD, Inspektur Kota Probolinggo, Kepala DPUPR-Perkim, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta Sekretaris Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata.
Ketua DKKPro, Peni Priyono, menyampaikan perjalanan aktivitas kesenian di Kota Probolinggo yang berproses di Gedung Kesenian sejak awal. Ia berharap bangunan tersebut tidak dialihfungsikan, melainkan dikembangkan agar tetap menjadi pusat kesenian yang terintegrasi dengan museum. “Kami ingin memberikan warna kesenian khas Probolinggo sekaligus mendukung konsep wisata budaya kota. Gedung kesenian berdampingan dengan museum,” ujarnya.
Pengurus DKKPro lainnya, Imam Wahyudi, menambahkan bahwa selama ini organisasi kesenian berjalan secara mandiri dan pernah mendapatkan dana hibah, meski tidak rutin. Ia menegaskan DKKPro siap mendukung program pemerintah, namun berharap aspirasi seniman lebih diperhatikan.
“Sejak 2013 kami mandiri, tidak banyak menuntut, hanya ingin wadah kesenian tetap hidup. Setiap tahun kami selalu memberi kajian ke pemerintah, meski belum semua usulan bisa terealisasi,” jelasnya.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Aminuddin menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan grand design pembangunan pusat kebudayaan, kesenian, dan ekonomi kreatif (ekraf) di Kota Probolinggo.
“Gedung kesenian yang sekarang awalnya memang diperuntukkan sebagai gedung tenis indoor. Ke depan, kami ingin membangun konsep baru yang lebih representatif, termasuk adanya amphitheater dan ruang pamer seni rupa,” jelasnya.
Ia menambahkan, pihaknya sudah mengalokasikan anggaran Rp 2,8 miliar untuk pengembangan kebudayaan dan masih mengajukan tambahan ke pemerintah pusat. “Budaya adalah visi misi kami. Konsepnya inklusif, terbuka, bisa diakses semua orang, dan affordable. Saya ingin seni dan budaya Probolinggo naik kelas serta menjadi daya tarik wisata baru. Jangan segan komunikasi ke saya, budaya dan seni harus dirasakan semua pihak,” tegasnya.
Berhubungan dengan kepindahan ini, Pemkot Probolinggo telah menganalisa dan melakukan diskusi dan membahas dengan Perangkat Daerah terkait. “Saya ingin membangun itu, semi-amphiteater yang menjadi ikon kesenian, sehingga membanggakan Kota Probolinggo. Saya sepakat nanti akan ada sentra pameran budaya, untuk sekarang kita hasil yang cepat dulu. Ya untuk sekarang disana di TRA itu, ada kampong seni, dan ada spot yang representatif untuk kesenian tersebut,” papar Dokter Amin.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Siti Romlah, menyebut bahwa selama ini pemerintah memberi ruang bagi pegiat seni melalui berbagai agenda, seperti Harmoni Museum, Pro Night Culture Festival, hingga Festival Pesisir. “Gedung kesenian memang aktif digunakan, bahkan banyak sekolah dan komunitas yang rutin memanfaatkan untuk latihan maupun pertunjukan. Karena itu layak untuk diberikan wadah yang lebih baik,” katanya.
Sementara itu, Joko, salah satu penggiat seni rupa, menilai konsep yang disampaikan wali kota cukup baik, terutama terkait pembangunan ruang pamer seni. “Seni budaya itu memang pertunjukan. Untuk latihan kami bisa mandiri, tapi yang kurang adalah ruang pamer bagi seni rupa—lukisan, patung, dan karya visual lain. Kalau ada pusat kesenian yang representatif, seniman rupa bisa lebih terfasilitasi,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Sekretaris Dispopar setempat, Fadjar Purnomo, menyoroti kondisi fisik Gedung Kesenian yang belum memadai. “Struktur bangunan belum dilengkapi peredam, atap masih berbahan seng sehingga menimbulkan gema saat pertunjukan berlangsung. Hal ini membuat pemanfaatan gedung kurang maksimal,” jelasnya. Menurut Fadjar, kesenian adalah roh Kota Probolinggo sehingga harus difasilitasi dalam wadah yang layak.
Audiensi ditutup dengan komitmen Dokter Amin untuk terus membuka ruang komunikasi dengan DKKPro dan pelaku seni. “Kota ini kecil, tapi kalau kita kompak, budaya Probolinggo bisa membanggakan. Jangan segan-segan audiensi lagi. Pemerintah siap mendukung agar seni dan budaya naik kelas serta menjadi kebanggaan bersama,” pungkasnya. (sit/fa)

