WONOASIH – Suara teriakan penonton bercampur derap kaki sapi yang membelah lumpur, memecah suasana siang di Lapangan Wonoasih, Minggu (10/8). Sebanyak 25 pasang sapi lokal bertarung dalam ajang Kerapan Sapi Brujul, sebuah tradisi khas Kota Probolinggo yang telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
Kerapan sapi kali ini bukan sekadar perlombaan adu cepat di arena berlumpur. Bagi warga, ini adalah pesta rakyat yang memicu adrenalin. Tak sedikit penonton yang rela basah kuyup dan terkena cipratan lumpur saat pasangan sapi melintas kencang. Suasana semakin meriah dengan hadirnya UMKM yang menghidupkan roda perekonomian di sekitar arena.
Wali Kota Probolinggo, dr. Aminuddin hadir menyaksikan jalannya lomba. Ia begitu antusias melihat semangat para peserta dan sorak-sorai penonton yang tak henti-hentinya mendukung jagoan mereka.
“Kerapan Sapi Brujul ini bukan sekadar hiburan, tetapi warisan budaya yang harus kita jaga dan lestarikan. Saya bangga melihat antusiasme masyarakat. Kalau perlu, event ini digaungkan lebih luas, agar wisatawan lokal hingga mancanegara datang ke Kota Probolinggo. Dengan begitu, budaya kita bisa mendunia dan sekaligus menggerakkan ekonomi warga,” tegas wali kota.
Menariknya, ada joki berusia 9 tahun yang memancing keseruan event itu. Dengan tubuh kecilnya , Fijriawan setengah basah kuyup kena cipratan lumpur . Ia begitu cekatan mengendalikan pasangan sapi “Sedap Malam” menembus jalur pacu.
Berikut pemenang Kerapan Sapi Brujul. Kelas A, Juara 1 Pasangan sapi Macan Gila (Kelurahan Triwung Kidul), juara bertahan yang kembali menunjukkan kegagahan dan kecepatan tanpa tanding. Juara 2 Pasangan sapi Selamat Datang, Juara 3 Pasangan sapi Pajero.
Sedangkan Kelas B, Juara 1 Pasangan sapi Bahaya 88 (Kelurahan Kademangan), Juara 2 Pasangan sapi Angin Ribut. Juara 3 Pasangan sapi Hitam Manis. (yul/fa)

