Lomba Sajian Ketan Kratok, Masyarakatkan Kuliner Warisan Budaya Takbenda Kota Probolinggo

2025

KANIGARAN – Tahun 2025, Kota Probolinggo punya dua warisan budaya takbenda terbaru. Ketan Kratok dan Tradisi Bi Bi BI resmi mendapat rekomendasi penetapan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTBI). Dengan demikian, Kota Probolinggo punya 5 warisan budaya takbenda yakni Jaran Bodhag (2014), Karapan Sapi Brujul (2019) dan Kembang Lamaran (2023).

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo fokus pada upaya pelestarian ketan kratok bukan sekadar makanan. Namun, menggambarkan cerita panjang tentang identitas, keseharian dan kearifan lokal masyarakat Probolinggo.

“Dari data dan kajian yang telah dilakukan, kami ketahui bahwa ketan kratok ini sudah ada sejak masa kolonial, bahkan sebelum kemerdekaan. Resepnya diwariskan turun temurun dengan bahan utama ketan putih dan kratok, hasil bumi lokal yang sejak dulu ditanam petani di Probolinggo,” jelas Kepala Disdikbud Siti Romlah.

Kuliner ini, lanjut Siti Romlah, memiliki nilai sosial tinggi menjadi sarapan masyarakat, mengikat kebersamaan dan gotong royong sehingga menjadi bagian dari adat seperti hantaran lamaran dan pernikahan. Ketan kratok pun mengerakkan rantai ekonomi lokasi mulai petani, pengepul dan pembuat. Kisaran penjual ketan kratok di Kota Probolinggo 90 orang.

“Dengan nilai sejarah, sosial dan ekonomi yang kuat maka sangat layak jika ketan kratok kini berdiri sejajar dengan warisan budaya lain di Indonesia. Sosialisasi mengenalkan ketan kratok sebagai WBTBI sudah kami lakukan untuk mengangkat nilai. Dan, ketan kratok bisa naik kelas,” imbuh Siti Romlah.

Selain sosialisasi, Disdiskbud mengadakan lomba sajian ketan kratok dalam rangkaian Festival Mendhalung, Rabu (3/12) di GOR A.Yani. Lomba ini diikuti Tim Penggerak PKK kelurahan se-Kota Probolinggo. Tidak hanya soal rasa, penyajian dan pengolahan ketan keratok menjadi kriteria dalam penjurian.

Ada 3 juri dalam lomba yang digelar sebagai upaya mengenalkan ketan kratok secara luas ini. Yakni, Persatuan Chef Profesional Indonesia (PCPI) Cabang Probolinggo. Satu persatu peserta dinilai, beberapa pertanyaan dari dewan juri dilontarkan kepada peserta saat menyajikan ketan kratok.

Sekretaris PCPI Cabang Probolinggo Nuryani Khoiriyah mengatakan bahwa kriteria penjurian dalam lomba ini meliputi packaging. Selain packaging, kreasi ketan kratok yang disajikan oleh peserta tidak menghilangkan otentisitas ketan kratok sendiri. Pengolahan ketan kratok, menurut Nina, membutuhkan waktu 1 hari perendaman, dan 4 kali pencucian. Dikhawatirkan, apabila pencuciannya tidak bersih, bisa memicu keracunan.

“Ketan keratok diharapkan bisa mempunyai tampilan yang menarik, sehingga nantinya dapat disajikan saat acara-acara penting. Selain itu, kami berharap kreasi dari peserta tidak menghilangkan cita rasa dari ketan keratok sendiri,” katanya.

Disdikbud mendorong ketan kratok menjadi jajaran resmi setiap pertemuan dan rapat di lingkungan Pemerintah Kota Probolinggo. Hal ini penting karena untuk memastikan warisan budaya tidak hanya ditetapkan tetapi juga dilestarikan pemerintah bersama masyarakat. Untuk kemudian menjadi salah satu ikon kuliner yang dikenal luas hingga tingkat nasiional.

“Kami menggandeng TP PKK kelurahan dalam lomba ini. Kami ingin mengenalkan ketan keratok lebih berkelas, dari packaging juga bisa lebih menarik, praktis dan bisa disuguhkan saat acara-acara penting. Ketan keratok yang juga menjadi warisan budaya takbenda, diharapkan pemanfaatannya lebih luas lagi. Bahkan bisa menjadi oleh-oleh makanan khas Kota Probolinggo,” kata Kabid Kebudayaan Disdikbud Sardi.

Lomba sajian ketan kratok berhasil dimenangkan oleh TP PKK Kelurahan Jati; disusul TP PKK Kelurahan Ketapang; TP PKK Kelurahan Curahgrinting; TP PKK Kelurahan Jrebeng Kulon; TP PKK Kelurahan Pohsangit Kidul dan TP PKK Kelurahan Wiroborang. Penyerahan hadiah di Festival Mendhalung oleh Wali Kota Probolinggo dr Aminuddin, Ketua TP PKK dr. Evariani Aminuddin dan Kepala Disdikbud Siti Romlah.

Wali kota mengatakan, dengan tampilan menarik, kualitas penyajian, kebersihan dan standar produksi dapat terus meningkat sehingga memiliki daya saing yang lebih tinggi. Sehingga ketan kratok semakin bermanfaat ekonomi yang lebih besar bagi para pembuat dan penjualnya.

“Tadi kita lihat variasi baru dari penyajian ketan kratok. Rasa, tambahan bahan yang beragam menambah ketan lebih berkembang. Ketan kratok bukan hanya ketan dan kelapa muda tapi banyak variasi rasa, banyak pilihan dan memudahkan untuk membawa oleh-oleh dari Kota Probolinggo,” tutur Wali Kota Aminuddin.

Menurutnya, warisan budaya hanya dapat terus hidup jika dipelihara oleh masyarakat. Penetapan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia bukan akhir dari proses, melainkan awal dari tanggung jawab untuk bersama merawat, melestarikan dan memajukan ketan krastok agar bertahan sampai generasi mendatang. (fa/pin)

BAGIKAN