KADEMANGAN - Di hari yang sama setelah menghadiri Halalbihalal KAHMI Majelis Daerah Kota Probolinggo, Wali Kota Aminuddin langsung melanjutkan agenda penting lainnya, yakni menghadiri Halalbihalal dan Sarasehan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Probolinggo di Hotel Bromo View, Minggu (13/4).
Acara yang mengusung tema “Toleransi dan Keberagaman dalam Kehidupan Beragama, Berbangsa, dan Bernegara” ini diinisiasi oleh Anggota DPD RI Provinsi Jawa Timur, Moch. Mahrus, dan dihadiri oleh 120 peserta dari berbagai unsur pengurus NU Kota Probolinggo. Mereka terdiri dari jajaran pengurus harian PCNU, Rois dan Ketua MWCNU, Ranting NU, serta ketua lembaga NU se-Kota Probolinggo.
Ketua PCNU Kota Probolinggo Arba’i Hasan menyampaikan bahwa acara ini merupakan suatu perjuangan yang nyata dari organisasi NU yang bisa menangani persosalan-persoalan sosial. “NU salah satu elemen kekuatan sebagai society di masyarakat baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Ini tidak bisa berpangku tangan, tidak bisa berdiam diri, tetapi kita harus punya bagian dan punya andil untuk menciptakan kondisi baik, baik berinteraksi dengan semua elemen bangsa yang ada, suku, ras, agama,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Wali Kota Aminuddin membagikan kisah tentang Sejarah halalbiihalal yang digagas oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, salah satu pendiri NU. Ia menceritakan bagaimana pada tahun 1948, ide halalbihalal diajukan kepada Presiden Soekarno sebagai sebagai bentuk silaturahmi antar pemimpin politik.
“Hal ini karena pada masa itu kondisi nasional masih dalam konflik dengan Belanda. Atas saran KH. Wahab, Presiden Soekarno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara pada Hari Raya Idul Fitri tahun 1948. Pertemuan itu pun diberi judul "Halalbihalal". Mereka sebetulnya mengangkat tradisi silaturahmi yang diciptakan oleh NU. Tepuk tangan untuk NU,” seru Aminuddin disambut tepuk tangan peserta.
Aminuddin menekankan bahwa momen seperti ini bukan hanya seremonial, tetapi ruang untuk membangun komunikasi antara NU dan pemerintah kota. “Sehingga betul-betul persaudaraan kita sebagai warga NU seterusnya kita lakukan dan kita tingkatkan bahkan insyaallah apa yang kita upayakan ini diberkati oleh Allah SWT,” ucapnya.
Ia juga mengajak NU untuk terlibat aktif dalam program-program pembangunan kota, termasuk program Probolinggo Bersolek, yang bukan hanya soal estetika kota tapi juga tentang membangun kesadaran bersama.
“Kami berharap dukungan dari seluruh elemen masyarakat, termasuk Nahdlatul Ulama, agar program ini tidak hanya menjadi gerakan bersih-bersih, namun juga membentuk kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan yang rapi, sehat, dan indah baik secara fisik maupun sosial,” tutupnya.
Sarasehan dilanjutkan dengan dialog interaktif, menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan ulama dan tokoh pemuda yang membahas dinamika toleransi serta peran masyarakat dalam menangkal paham-paham intoleran.
Acara kemudian ditutup dengan doa bersama dan ramah tamah, menciptakan suasana hangat yang merekatkan hubungan antar warga lintas latar belakang. (dy/uby)

