Pemkot Komitmen Perkuat Branding Kota Mangga, Siapkan Regulasi dan Ajak Warga Membumikan Kembali Mangga Kota

2025

KANIGARAN – Pesta Mangga Kota Probolinggo 2025 semakin lengkap dengan gelaran talkshow “Mangga Kota Probolinggo, Identitas yang Terus Menyala”, Minggu (23/11) malam. Perbincangan pun begitu menarik dan berbobot, membahas strategi mempertahankan branding Probolinggo sebagai Kota Mangga.

Berbagai pertanyaan muncul dari masyarakat tentang mangga Kota Probolinggo. Untuk itu, Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal ini Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKPPP) menunjukkan upaya mengembalikan mangga sebagai brand Kota Probolinggo disamping anggur.

“Ada tantangan yang dihadapi yaitu luas lahan kebun mangga semakin berkurang, lahan yang produktif hanya separo. Oleh karena itu butuh pemikiran bersama bagaimana mengembalikan branding sebagai Kota Mangga. Mudah-mudahan bisa menghasilkan ide kreatif sebagai bekal kami meningkatkan produksi mangga,” ujar Kepala DKPPP Fitriawati. 

Pj Sekda Rey Suwigtyo, salah satu narasumber talkshow malam itu menyatakan, Pemerintah Kota Probolinggo sebagai pengambil kebijakan sebenarnya sudah berperan dengan menerapkan produk hukum tentang branding mangga anggur di dalam sebuah peraturan daerah (perda). Namun, masih diperlukan intervensi potensi mangga jenis arum manis dan manalagi agar tidak diambil daerah lain.

“Kami akan membuat regulasi yang memungkinkan. Seperti satu warga menanam mangga dan anggur di rumah masing-masing. Kemudian, pemerintah memberikan subsidi berupa bibit, pendampingan mulai dari penanaman sampai pengembangan, serta memberikan subsidi warga yang punya kebun mangga dan anggur,” jelas Tiyok – panggilan Pj Sekda.

Tiyok meyakini, hasil olahan mangga di kota ini sudah luar biasa. Lebih baik lagi, katanya, harus memiliki sisi budaya dan sosial disetiap olahannya. “Budaya yang ada di kita, mari kita angkat kembali. Dulu setiap di rumah-rumah, ketan mangga ini sudah jadi suguhan tetapi sekarang sudah tidak ada. Mari kita kemas kembali, kita lakukan di lingkungan kita,” tuturnya.

Narasumber akademisi dari Ketua Ikatan Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB) Probolinggo Raya Tri Septa Agung Pamungkas sepakat digelar Pesta Mangga sebagai kalender rutin tahunan. Namun, perlu ditambah ornament event yang tidak hanya sekadar incip-incip dan kirab tetapi ada edutainment. Nah, sisi edutainment ada dan sudah dilaksanakan lewat talkshow.

Strategi city branding, menurut Tri Septa Agung Pamungkas, Kota Probolinggo sudah dikenal dengan Kota Mangga tetapi kenyataannya tidak demikian. Padahal mangga kota punya keunikan tersendiri, didukung dengan keberadaan kota dekat dengan perkebunan tebu, pesisir pantai dan angin gending yang berpengaruh pada kualitas mangganya.

“Konsep pentahelix untuk mengokohkan kembali Kota Probolinggo sebagai Kota Mangga. Sebagai decision maker, Pemkot harus berperan aktif dan sudah akan dimulai 1 rumah tanam 1 mangga dan anggur. Ini saya kira menjadi political will yang harus kita dukung penuh, apalagi ada pendampingan dan pembibitan,” terang Tri.

Ia juga memberi masukan ke depan Kota Probolinggo punya rumah inovasi, semacam lumbung inovasi sebagai pusat riset tentang mangga dan anggur. “Rekayasa genetika untuk menciptakan varietas baru juga bisa dilakukan, misalnya mangga bersolek,” imbuh Tri yang  menegaskan selain akademisi, swasta dan media juga punya peran untuk memperkokoh branding.

Sementara itu, Direktur Jawa Pos Radar Bromo HA Suyuti, dari sisi jurnalis, melihat kondisi miris pada branding Bayuangga untuk Kota Probolinggo. Yang tersisa hanya bayu (angin), sedangkan mangga dan anggur kurang kuat. Ia pun menganggap Kota Probolinggo tidak percaya diri meski sudah diklaim sebagai Kota Mangga. Dicontohkan, keberadaan ikon mangga anggur yang berada di lokasi kurang strategis.

“Ketika membranding daerah, kami harus menyajikan informasi sesuai fakta di lapangan. Kami tidak bisa mendramatisir atau pun mengada-ada. Identitas yang terus menyala jangan sampai meredup. Saya rasa dibutuhkan roadmap, intervensi, jangan sampai cari bibit mangga kota tidak ada. Harus ada anggaran khusus untuk mangga dan anggur di DKPPP,” imbuh Suyuti.

Talkshow yang diikuti kepala perangkat daerah, dari organisasi masyarakat, kelompok tani hingga tenaga pendidik muncul banyak ide. Antara lain ada klinik mangga, tenaga penyuluh pertanian melakukan cek kesehatan pohon mangga di masyarakat. Kemudian mematenkan mangga khas kota, menambah kebun mangga anggur, memasukan branding mangga anggur pada mata pelajaran di sekolah. (fa/pin)

BAGIKAN