MAYANGAN - Guna mewujudkan Kota Probolinggo sebagai kota Inklusif, Pemerintah Kota Probolinggo terus berupaya menciptakan lingkungan yang setara dan terbuka. Artinya, ada keterlibatan seluruh masyarakat mulai dari perencanaan, proses pembangunan, hingga akses layanan yang setara bagi semua kalangan tanpa terkecuali.
Salah satu perwujudan komitmen tersebut, Pemerintah Kota Probolinggo bekerja sama dengan Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDIS) dan Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia menggelar Sosialisasi Indikator Kelurahan Inklusif Ramah Difabel dalam rangka 'Festival Kelurahan Inklusif Kota Probolinggo Tahun 2025', Kamis (20/11) siang di Paseban Sena.
Pj. Sekretaris Daerah Kota Probolinggo Rey Suwigtyo hadir mewakili Wali Kota Dokter Aminuddin. Menurutnya, Pemerintah Kota Probolinggo terus mengedepankan pembangunan yang inklusif, dengan memberikan perhatian khusus kepada anak, perempuan, lansia, dan difabel. “Festival ini merupakan salah satu bentuk komitmen, perhatian, serta kehadiran pemerintah dalam mewujudkan kesetaraan, khususnya bagi kelompok difabel," ujarnya.
Lebih lanjut Tiyok sapaan akrabnya menyebut, Kelompok Difabel Kelurahan (KDK) yang sejak Juli 2025 telah terbentuk di semua kelurahan se - Kota Probolinggo, memegang peran penting dalam mewujudkan kelurahan inklusif. "KDK harus terlibat aktif dan bermakna dalam mendukung implementasi Indikator Kelurahan Inklusif Ramah Difabel (IKI Difabel)," imbuhnya.
Tujuan digelarnya Festival Kelurahan Inklusif antara lain, mendorong terwujudnya kelurahan inklusif dan ramah disabilitas, mensosialisasikan dan memperkuat pemahaman tentang Indikator Kelurahan Inklusif (IKI), memperkuat kolaborasi dan sinergi antar pemangku kepentingan, serta membangun kesadaran publik.
"Kehadiran Tim Penggerak PKK sebagai salah satu Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan (LKK) saya harapkan mampu memberikan dukungan dan partisipasi aktif dalam mewujudkan kelurahan inklusif di wilayah masing - masing. Program PKK hendaknya dapat terintegrasi dalam implementasi IKI Difabel, sehingga memberikan dampak pada percepatan terwujudnya kelurahan inklusif," harapnya.
Pada kesempatan yang sama Ketua PPDIS Luluk Ariyantini menjelaskan bahwasannya inklusif adalah proses yang terus dilakukan tiap waktu. Dilakukan berulang - ulang hingga terwujudnya cita - cita warga kelurahan menikmati kemerdekaan yang sesungguhnya, tidak ada lagi diskriminasi, tidak ada lagi kejahatan, semua bisa menikmati seutuhnya.
"Kita berproses bersama - sama, mengikuti semua proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan di kelurahan masing - masing tanpa terkecuali. Kita berharap, kita tidak mencari yang terbaik tetapi berusaha menjadi yang terbaik bersama - sama. Pemenang maupun yang belum nantinya akan tetap belajar bersama dan melakukan proses itu sampai nantinya Kota Probolinggo menjadi kota yang inklusif," jelasnya.
Sementara itu Perwakilan SIGAB Indonesia, Ninik Heca menyampaikan apresiasi atas kegiatan tersebut dan berharap pemberdayaan masyarakat inklusif di Kota Probolinggo terus berkembang.
"Kami dari SIGAB Indonesia sangat mengapresiasi, ini menjadi kota pertama yang memiliki komitmen untuk semua kelurahan menjadi kelurahan inklusif, ini harus dilanjutkan. Kemudian dengan adanya Festival Kelurahan Inklusif, juga menjadi festival pertama yang kami ketahui terkait kota atau kelurahan inklusif disabilitas," katanya.
Lebih lanjut Ninik menjelaskan bahwasannya Pemerintah Australia bekerja sama dengan Pemerintah Kota Probolinggo untuk mewujudkan kota inklusif, khususnya dalam isu disabilitas. Kerja sama ini mencakup dukungan dari Kedutaan Besar Australia dan perwakilan mereka yang melakukan kunjungan untuk memantau dan memperkuat kemitraan yang ada, yang bertujuan meningkatkan inklusi disabilitas di Kota Probolinggo.
"Pemerintah Australia sudah 3 kali berkunjung ke Kota Probolinggo, sangat senang sekali dengan perkembangan pemberdayaan untuk masyarakat inklusif di Kota Probolinggo. Sepertinya Festival Kelurahan Inklusif ini menjadi momentum untuk bisa lebih menjalin kerja sama kedepannya antara perwakilan Australia di Indonesia dengan Pemerintah Kota Probolinggo," imbuhnya.
Turut hadir dalam kegiatan yang menghadirkan narasumber SIGAB Kang Yusuf tersebut, kepala PD terkait di lingkungan Pemkot Probolinggo, camat dan lurah se- Kota Probolinggo, ketua TP PKK kecamatan dan kelurahan, Perwakilan KDK se- Kota Probolinggo, Anggota Tim PPDIS dan Perwakilan SIGAP.
PKK Siap Bersinergi Wujudkan Kelurahan Inklusif
Kegiatan yang digelar sejak pagi hingga siang hari tersebut, juga diisi dengan arahan dari Ketua TP PKK Kota Probolinggo sekaligus Bunda Inklusi Kota Probolinggo Dokter Evariani. Katanya, festival ini adalah suatu bentuk rangsangan untuk memotivasi bagaimana inklusi itu benar-benar terjadi dengan adanya pemberdayaan, pemerataan dan partispasi dalam pembangunan di Kota Probolinggo.
“Dalam inklusi, keseluruhan akses dari kelompok-kelompok masyarakat secara merata, PKK sudah bergerak. Ada pedoman dimana masyarakat inklusif mau mandiri dan berdaya guna bagi diri sendiri dan masyarakat. Ruang partisipasi yang terbuka, penguatan kelembagaan dan mampu ekonomi secara mandiri,” jelas Eva.
Evariani mengingatkan tentang output dari festival dan goals yang dihasilkan. Ia mencontohkan, goals yang dicapai adalah tercapainya akses jalan bagi seluruh individu dengan merata, tidak ada jalan berlubang atau jalan yang tidak bisa dilalui, sehingga akses benar-benar tercukupi.
Hal lain yang disebutkan oleh Eva adalah tempat yang ramah anak, kebijakan pembangunan ada muatan pengembangan menjadi inklusif. Dengan layanan publik tercukupi bagi disabilitas, maka perlindungan terhadap masyarakat menjadi setara.
“Mudah-mudahan (semua yang mengikuti sosialisasi ini) bisa merecord apa yang kita bawa dalam program kerja kita agar tersosialisasi dengan baik. Tugas kita menyiapkan, bertemu KDK agar teman-teman bisa naik ke permukaan. Hambatan fisik jangan jadi kendala kembangkan karir dan pola berpikir. Untuk membangun masyarakat inklusi dengan rangsangan, mungkin salah satunya dengan (festival) ini,” pesan Eva. (crl/fa)

