Belahjimat Mangunharjo Bentuk Penghormatan pada Leluhur

2022

MAYANGAN - Kelurahan Mangunharjo menggelar serangkaian kegiatan budaya bertajuk "Bersih Lahir Jiwa Masyarakat Mangunharjo" atau bisa disebut Belahjimat. Acara ini digeber pada Sabtu (30/7) hingga Minggu (31/7), diawali dengan Khotmil Qur'an serentak di seluruh RW di wilayah Kelurahan Mangunharjo. Dua juz terakhir dibacakan khusus di Makam Bupati Pertama Probolinggo Joyolelono yang terletak di Jalan Imam Bonjol.

Kemudian ziarah kubur ke makam 5 kepala desa (kini kelurahan) Mangunharjo pertama dilanjutkan ke makam bupati pertama dan kedua. Rombongan ziarah kubur berangkat pada Sabtu (30/7) sore, yang diikuti tokoh masyarakat, ketua RW, Babinsa dan Tim Penggerak PKK Kelurahan Mangunharjo yang jumlah keseluruhannya sekitar 60 orang.

Tujuan pertama yaitu Makam Joyolelono. Bupati pertama tersebut menjabat dari tahun 1746-1768. Untuk diketahui, dahulu Probolinggo masih dalam satu kawasan Probolinggo Raya.

Lurah Mangunharjo Hari Setyoyani mengatakan bahwa rangkaian ziarah kubur ke 5 kepala desa dilakukan karena merekalah cikal-bakal dalam pembangunan kelurahan Mangunharjo sampai saat ini.  "Juga untuk menggali potensi budaya yang ada di Kelurahan Mangunharjo, sekaligus mengangkat rangkaian budaya dan perekonomian saat ini, setelah kemarin terjadi pandemi, besok (31/7) kami akan mengadakan bazar UMKM,” jelasnya.

Setelah berziarah ke makam Bupati Probolinggo pertama, rombongan melanjutkan perjalanan ke area pemakaman Bupati Probolinggo kedua, Djojonegoro, yang menjabat pada tahun 1768-1805. Bupati Djojonegoro juga disebut sebagai kanjeng jimat yang konon disebelah makamnya juga terkubur jimat-jimat yang dimilikinya. Di dalam area makam ini terdapat pula makam Kepala Desa kelima yaitu Soetodjo.

Lokasi ketiga yaitu TPU Tajungan yang merupakan lokasi makam lurah pertama dan lokasi keempat yaitu TPU Sumber Arum yang berlokasi di Jalan Anggrek, tempat bersemayamnya Kepala Desa ketiga yaitu Arjo Sari.

Rudi, Ketua Panitia Belahjimat menjelaskan sejatinya kegiatan ini ditujukan untuk menghormati leluhur. "Karena semakin kesini kan generasi semakin kurang mengenal sejarah, jadi ini sebagai pengenalan kembali. Ditambah pula di Mangunharjo ini kan ada kentongan dari kepala desa kedua, Lembu Suro, yang membuat Kentongan berbentuk macan. Jadi kita kemas acara ini menjadi beberapa rangkaian yang menarik dan mengenal potensi budaya Mangunharjo,” ungkapnya.

Kentongan berbentuk Macan yang dibuat pada 1918 oleh lurah kedua tersebut akan dibersihkan pada Sabtu Malam sekaligus istigasah bersama. (sit/fa)

BAGIKAN