KANIGARAN - Momen Ramadan 1443 H memicu inflasi Kota Probolinggo pada April 2022 mencapai 1,08 persen. Hal itu dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Probolinggo, Senin (23/5) pagi, di Radio Suara Kota FM. Berdasarkan data BPS setempat, angka 1,08 persen itu adalah inflasi bulanan. Sementara inflasi tahun kalender berada di kisaran 2,09 persen, dan inflasi tahunan sebesar 3,27 persen.
Tingginya angka inflasi itu, menurut Kepala BPS Kota Probolinggo Heri Sulistio, rupanya dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak goreng, Bahan Bakar Minyak (BBM) daging ayam ras, hingga tarif KA. Meski begitu, Heri mengatakan bahwa capaian tersebut masih tergolong wajar dan terkendali. Apalagi, pada momen Ramadan hingga lebaran, sejumlah komoditas mengalami kenaikan harga.
“Kalau kita lihat, inflasi kali ini tertinggi setelah dulu pernah di tahun 2017. Tapi dari segi perbaikan perekonomian sudah cukup baik, meskipun capaiannya terbilang tinggi,” ujarnya. Sebagai informasi, dari 8 kota penghitung inflasi nasional di Jawa Timur, inflasi tertinggi terjadi di Malang sebesar 1,44 persen. Kemudian, Jember 1,43 persen, Kediri 1,15 persen. Disusul Probolinggo 1,08 persen, Banyuwangi 1,06 persen, Madiun 0,97 persen, Surabaya 0,96 persen, dan Sumenep 0,95 persen.
Senada dengan apa yang disampaikan Heri, Ketua TPID yang sekaligus Sekretaris Daerah Kota Probolinggo drg Ninik Ira Wibawati mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Kota Probolinggo untuk menekan laju pertumbuhan inflasi di Kota Probolinggo. Namun demikian, capaian inflasi yang cukup tinggi di bulan lalu, merupakan pertanda bahwa laju pertumbuhan perekonomian di Kota Probolinggo tergolong baik.
Berbagai upaya untuk menekan laju inflasi tiap bulannya pun terus dilakukan. Utamanya melihat naiknya harga minyak goreng yang masih dirasakan masyarakat hingga saat ini. “Mengantisipasi kenaikan beberapa harga komoditas, seperti minyak goreng, kita komunikasikan dengan DKUPP, untuk menggelar pasar murah dan operasi pasar yang berhasil dilakukan di beberapa tempat. Lalu monitoring ketersediaan bahan pokok. Bahkan pada saat inipun kami tetap berupaya mengatasi kenaikan harga minyak goreng yang masih dirasakan hingga saat ini,” terangnya.
Tak hanya itu, perempuan yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan itu juga menyoroti maraknya pemberitaan tentang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terindikasi menyerang sekitar 68 sapi di Kota Probolinggo. Ia pun meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih hewan ternak yang hendak dibeli dan mengolah daging dengan cara pengolahan yang benar. Sehingga konsumsinya tetap aman di tengah maraknya pemberitaan yang ada.
“Sejauh ini stok daging sapi aman, meskipun harganya sempat naik dan menyumbang angka inflasi yang cukup tinggi. Sementara itu, mungkin imbauan untuk tidak membeli sapi di Pasar Hewan terlebih dahulu ya, apalagi yang sapinya dalam kondisi sakit, jangan dibeli. Untuk info lebih lanjutnya, warga bisa berkonsultasi dengan petugas (terkait bahaya PMK ini),” tuturnya.
Ninik juga mengimbau masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Serta berperilaku bijak di setiap kondisi. Baik dalam berbelanja, berkonsumsi, menerima berbagai informasi yang belum pasti kebenarannya (hoax), dan menyikapi perubahan musim yang semakin tak menentu dewasa ini. (ne/fa)