Transportasi

Pelabuhan Probolinggo dikenal dengan sebutan Pelabuhan Tanjung Tembaga ditetapkan sebagai pelabuhan pantai pada tahun 1920 berdasarkan Statblad 1920 No. 424 jo Statblad 1926 No. 546. Sebagai pelabuhan pantai, Pelabuhan Probolinggo waktu  itu hanya  melayani  kegiatan pelayaran antar pulau yang kebanyakan menggunakan kapal kayu ukuran kecil,sehingga kedalaman kolam dirancang relatif tidak terlalu dalam ± -3 m LWS. Pada masa penjajahan Belanda kegiatan Pelabuhan Tanjung Tembaga cukup ramai karena hasil perkebunan seperti Tembakau, Gambir, Gula dan sebagainya di export ke negara-negara Eropa melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo. Sejalan dengan perkembangan perdagangan, perekonomian dan perkembangan angkutan laut, maka Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo berubah statusnya dari Pelabuhan Pantai menjadi Pelabuhan Laut yang terbuka untuk perdagangan dari dan ke luar negeri.

Transportasi

Jalan Tol Pasuruan – Probolinggo atau Jalan Tol Paspro adalah sebuah jalan tol sepanjang  45  km  yang  menghubungkan  daerah  Pasuruan dengan Probolinggo. Jalan tol ini merupakan bagian dari jalan tol yang menghubungkan antar kota utama di Jawa Timur yaitu Surabaya – Banyuwangi dan menjadi bagian dari jalan tol Trans Jawa. Jalan tol ini terhubung dengan Jalan Tol Gempol – Pasuruan di sebelah barat dan rencana Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi di sebelah timur. Jalan tol ini mulai beroperasi sejak tahun 2019

Transportasi

Stasiun Probolinggo merupakan stasiun kereta api kelas I yang berada di Jl. KH. Mansyur No.26 Kel. Mangunharjo Kec. Mayangan. Stasiun yang terletak di ketinggian 5 meter diatas permukaan laut tersebut berada dibawah manajemen Daerah Operasi IV Jember. Saat ini, Stasiun Probolinggo berfungsi menghubungkan antara Stasiun Banyuwangi Baru dengan Stasiun Surabaya Gubeng. Stasiun ini melayani kereta api kelas ekonomi maupun kelas bisnis – eksekutif, dan memiliki enam jalur dengan jalur 2 sebagai sepur lurus, tetapi hanya 4 jalur yang digunakan