AKHIR TAHUN 2018, KOTA PROBOLINGGO ALAMI INFLASI 0.72 PERSEN

2019-2020

Probolinggo, 15/1/2019 - Medio Desember 2018, inflasi terjadi di seluruh kota di Jawa Timur. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo mencatat, inflasi tertinggi terjadi di Kota Probolinggo.

Kepala BPS Kota Probolinggo, Adenan dalam rilisnya Selasa (15/1) tadi menjelaskan, BPS mencatat bulan Desember 2018, Jatim mengalami inflasi sebesar 0,60 persen, dimana 8 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi.

“Inflasi tertinggi di Kota Probolinggo, mencapai 0,72 persen sedangkan inflasi terendah terjadi di Madiun yaitu sebesar 0,25 persen,” ujarnya.
Didampingi Kasie Distribusi Moch. Machsus, ia menerangkan, dari delapan kota penghitung inflasi nasional di Jatim, semuanya mengalami inflasi di bulan Desember 2018.

Kota dengan ikon Mangga dan Anggur itu menduduki posisi capaian inflasi tertinggi, disusul Surabaya dan Malang masing-masing 0,65 persen. Lalu, Banyuwangi 0,55 persen, Sumenep 0,51 persen, Jember 0,49 persen, Kediri 0,29 persen dan Madiun 0,25 persen.

Dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi dan dua kelompok mengalami deflasi. Kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok bahan makanan sebesar 1,81 persen, sedangkan kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok makanan jadi sebesar 0.04 persen dan kelompok sandang sebesar 0,15 persen.

“Komoditas utama yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi Jawa Timur bulan Desember 2018 ialah telur ayam ras, beras, tarif angkutan antar kota, dan daging ayam ras. Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar deflasi ialah rempela hati ayam, sosis daging sapi sawi hijau daan celana jeans laki-laki,” terangnya.

Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan A. Sudiyanto mengatakan, secara umum inflasi ini disumbang oleh pola hidup konsumtif masyarakat. Ini menjadi renungan dan catatan bersama bagaimana kedepan ada upaya sosialisasi kepada masyarakat untuk gemar menabung, bijak menyikapi dan me-manage keuangan dan membiasakan untuk tidak selalu berpatokan 'belum makan, kalau belum makan nasi'. Ia menambahkan, menjaga inflasi dan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu konsep Pemkot Probolinggo untuk mensejahterakan masyarakatnya.

Upaya kebijakan-kebijakan strategis dalam hal ini dirasa perlu untuk masyarakat, seperti sosialisasi terkait pola hidup sederhana benar-benar agar pertumbuhan ekonomi terjaga dan angka inflasi bisa stabil kembali.
“Di satu sisi ini adalah tanda masyarakat kita sudah sejahtera. Tapi di sisi lain malah membuat gejolak inflasi. Pola hidup konsumtif masyarakat perlu diarahkan agar lebih bijak dalam me-manage keuangan. Hidup sederhana apa adanya, seimbangkan konsumsi daging-dagingan dengan ikan, dan galakkan program one day no rice, mengganti konsumsi beras (nasi) dengan pangan lain seperti kentang, ubi, jagung dan lain-lain,” imbaunya.

Sementara itu, tim Satgas pangan yang diketuai Abdul Wachid mengatakan, berdasarkan pantauan pihaknya terhadap pasokan beras di wilayah Kota Probolinggo sejauh ini tidak ada (penimbunan). “Masyarakat dan distributor cukup kooperatif. Namun sebagai upaya antisipasi, tetap kami himbau masyarakat apabila mengetahui ada informasi penimbunan pangan seperti beras, gula dan lain-lain, segera laporkan. Segera kami pantau dan tindak kalau memang terbukti ada ketidakberesan,” tandasnya. (Sonea)

BAGIKAN