BEGINI PESAN WAWALI SUBRI KE PESERTA KONTES WIRAUSAHA NOASIH

2019-2020

WONOASIH – Sedikit memutus ketergantungan masyarakat menjadi pegawai atau karyawan, Kecamatan Wonoasih punya inovasi menarik. Ialah dengan menyelenggarakan Kontes Wirausaha Noasih yang telah memasuki tahapan paparan, Rabu (7/8).

“Karena kesempatan itu sangat luas, tidak harus menjadi pegawai. Masyarakat bisa menjadi produsen, menciptakan produk sendiri dan harapannya bisa memperkerjakan warga di lingkungannya,” kata Camat Wonoasih Deus Nawandi.

Peserta kontes wirausaha noasih diikuti 28 orang. Juri kontes ini dari empat unsur, yakni forum CSR (Coorporate Social Responsibility), DKUPP, jurnalis dan seorang ASN sekaligus pengusaha. Mereka yang menang akan mewakili Kecamatan Wonoasih dalam gelaran IKM Award tingkat kota yang dilaksanakan Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Kota Probolinggo.

Wawali Mochammad Soufis Subri yang hadir dalam penilaian lomba tersebut menyampaikan banyak hal kepada wirausahawan. Menurutnya, dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat lebih berdaya dalam mengangkat perekonomian di daerah masing-masing. Pemerintah punya kewenangan lebih pada regulator dan pendampingan.

“Terkait dengan kemandirian ekonomi, yang banyak bergerak adalah masyarakat itu sendiri. Yang perlu saya ingatkan, ekonomi yang tumbuh di daerah itu diawali kesadaran dari masyarakat. Jangan berharap mengucurkan dana dari pemerintah, karena pemerintah memberikan bantuan untuk masyarakat yang punya skill,” jelas Subri.

Untuk itu, ia meminta kecamatan, kelurahan, RW, RT selalu memantau dan mendampingi pemberdayaan masyarakat di wilayahnya. Dengan fungsi sebagai regulator dan pendamping, jika masyarakat dapat berjalan dengan baik maka pemerintah selaku pengguna anggaran dan membantu. “Data harus jelas. Jangan atas dasar like and dislike,” imbuh wawali yang berprofesi sebagai arstitek ini.

Subri juga menuturkan, wirausahawan harus punya konsep yang jelas. Jangan berasumsi mendapat keuntungan besar tetapi omzet kecil. “Sudah ga usum itu. Jadi begini, untunglah Rp 1000 tapi laku 500 produk, dari pada untung Rp 3000 tapi hanya laku sedikit. Ubah konsep dan turunkan keuntungan (yang sesuai). Jadi begini, munculkan peluang, berdayakan ekonomi dan jadilah ekonomi kreatif,” beber pria yang concern bicara soal ekonomi kreatif ini. (famydecta/humas)

BAGIKAN