KEDOPOK - Sudah dua bulan terakhir, PKL (Pedagang Kaki Lima) buah di sepanjang Jalan Mastrip sesuai lokasi yang sudah disiapkan pemerintah. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) berhasil menertibkan keberadaan para pedagang. Jaraknya sekitar kurang lebih 100 meter dari Pom Bensin Mastrip.
Seperti pemandangan Senin (30/3) siang, terdapat kurang lebih 30 pedagang buah menggelar dagangannya dengan kendaraan baik pikap maupun tossa. Khusus di daerah pedagang tersebut akses jalan sudah berpaving. Relokasi pasar buah Mastrip ini masih rimbun dengan pepohonan, suasana persawahan pun membentang di belakangnya.
Lalu bagaimana tanggapan para pedagang buah di dua bulan relokasi pasar buah ini? Bagi sebagian besar pihak menginginkan adanya fasilitas mushola dan toilet. Mereka juga menginginkan adanya spanduk atau papan nama dan ada tenda seperti kanopi atau galvalum.
“Repot mbak kalau mau sholat atau kencing, ya harus ke pom bensin dulu. Kalau hujan juga kita kehujanan, tidak ada galvalum. Teman saya enak punya payung di mobilnya (sambil menunjuk payung besar). Saya masih belum punya payung seperti itu, maka pemerintah mau memberikan payung secara gratis pada kita pedagang yang belum punya, ”terang Imam, 35 tahun, pedagang jambu kristal dan jambu merah asal Keramat Agung Bantaran ini ditemani sang istri Sulastri, 24 tahun.
Selanjutnya, Andik, 28 tahun, pria asal Kedopok pun bersuara soal belum ada peresmian relokasi pasar buah. “Belum diresmikan ini mbak pasar buahnya, ya kami teman-teman pedagang disini pingin diresmikan, selain itu ada tambahan lampu mbak. Disini cuma ada dua itu mbak, kurang terang, ”ujarnya sembari menghirup sebatang rokok itu.
Masih menurut Imam dirinya dan pedagang buah lainnya menginginkan bertahan disini, karena sudah nyaman, tidak tenang Pol PP terus. “Mudah-mudahan bertahan disini mbak, capek kejar-kejaran dengan Pol PP, sampai buah-buahan saya kocar-kacir di jalan saat petugas Pol PP menertibkan saya dan teman-teman,” curhatnya.
Komentar positif pun diberikan Sumiyati, 25 tahun. “Mudah-mudahan orang-orang banyak yang beli disini mbak. Kalau dulu saya jualan dipinggir jalan gitu cuma menggelar buah di mobil saja. Disini enak bisa digelar di bawah juga, ”tutur wanita asal Wonoasih ini.
Tak cukup sampai disitu, Soleh, 30 tahun, pria asal Jember ini senang bisa diberikan tempat berjualan, setelah dirinya sering kena razia Pol PP. “Senang, lebih ramai disini, tidak kejar-kejaran dengan Pol PP. Aman juga disini karena pembeli bisa parkir kendaraannya, tidak takut lalu lalang dengan kendaraan lain saat dipinggir jalan, ”ungkapnya.
Selain itu Sugianto, 30 tahun asal Jrebeng Lor itu ikut ngobrol. Pria yang bekerja sebagai kuli bangunan itu menuturkan senang berkumpul sebelumnya dengan pedagang-pedagang buah di lokasi ini. “Senang, bisa berkumpul sesama pedagang buah disini. Jadi kalau mau ngobrol sudah dekat, tidak jauh-jauhan, ”tuturnya.
Beragam buah disajikan secara lengkap oleh penjual buah disini, antara lain pepaya, durian, rambutan, manggis, jeruk, salak, buah naga, apel, alpukat, melon, semangka duku dan nanas. Sehingga memudahkan pembeli membeli dengan beragam buah itu.
Lalu seperti apakah pembeli tanggap tentang relokasi pasar buah mastrip ini? “Enak disini, kalau butuh buah, setiap hari saya beli disini. Kalau di pinggir jalan banyak gangguannya saat naruh motor, ”keluh Nur Cholis, 50 tahun, bapak asal Kareng Lor ini menuturkan.
Beda hubungan dengan Alex, 35 tahun warga Kebonsari Kulon ini baru tahu keberadaan relokasi pasar buah mastrip dari media sosial. “Baru kali ini saya kesini mbak, tahu infonya dari facebook. Senang ada relokasi jadi satu disini, suasananya dingin. Ya, mudah-mudahan lebih tertib lagi tempatnya. Kalau soal harga hampir sama dan bisa ditawar, ”ujarnya saat membeli durian dan alpukat itu.
Lain halnya Suwesti, 31 tahun menuturkan dirinya baru sebulan lalu melihat adanya relokasi pasar buah mastrip. “Baru sebulan yang lalu saya tahunya mbak, sebelumnya ya sempat bingung, kok pedagang buah di sepanjang jalan Mastrip tidak ada? Kemana? Ternyata mereka ada di sini. Ya senang lah mbak, ”ungkap wanita asal Kedopok ini girang.
Hal senada lamaran Sami, 50 tahun, warga Jrebeng Wetan soal beragam buah di sini. “Enak, tinggal pilih, mau apa ada disini. Tidak bingung, tidak macet, tidak parkir motor di pinggir jalan, tidak jauh sampai ke pasar Gotong Royong, ”tegasnya sumringah.
Bentuk Upaya Pengembangan Wilayah Selatan
Kondisi lain yang paling mencolok dari relokasi ini adalah, bahwa saat ini tidak didapati kemacetan akibat PKL buah. Biasanya, diakibatkan pembeli pembeli buah macet berkepanjangan yang terjadi di kawasan Jalan Mastrip tersebut. Belum lagi protes dari pemilik bangunan yang halaman depan rumah adat sebagai tempat berjualan.
Selain itu, keberadaan PKL di pasar buah ini bisa menjadi destinasi perdagangan buah baru yang lebih menarik untuk dikembangkan. Biasanya, warga banyak terpusat membeli buah di pasar yang ada di kawasan tengah kota. Namun kini, pasar buah mastrip menjawab satu dari sekian banyak rencana Pemerintah Kota Probolinggo menggerakkan perekonomian daerah selatan.
Kepala DKUPP Gatot Wahyudi pernyataan ungkapan terima kasih atas kesediaan PKL dan pihaknya lega telah berhasil merelokasi para pedagang buah di sepanjang Jalan Mastrip.
“Saya atas nama Pemerintah Kota Probolinggo, melalui DKUPP ucapan terima kasih. Pada akhirnya para pedagang buah jalan Mastrip ini mau direlokasi di tempat sekarang. Karena kami telah beberapa kali melakukan gabungan dengan Pol PP, merazia mereka. Kejar-kejaran terus dengan mereka, menegur mereka. Bolak-balik mereka ya kembali lagi berjualan di sepanjang jalan mastrip itu, ”terangnya.
Kenapa dipilih disana tempatnya, menurutnya demi kepentingan bersama, tidak mengobrak-abrik saja, tetapi kami memberikan solusi berupa relokasi. “Tempat ini merupakan aset pemerintah kota, setelah kami survey di beberapa tempat. Ya disitulah tempat yang strategis relokasi pasar buah Mastrip, ”bebernya.
Selain itu, dirinya menerima layanan para pedagang buah soal belum ada. “Soal papan nama itu kami sudah menginstal sebelumnya, empat kali kami pasang. Mungkin para pedagang enggan dipindahkan disana, empat kalipun papan nama itu hilang. Kalau soal mushola dan kamar mandi, semuanya perlu proses. Akan kami libatkan kerja sama dengan Dinas PU untuk pemerataan pembangunan dan pembangunan mushola atau kamar mandi, ”jelasnya.
Gatot pun berharap dengan adanya relokasi pasar buah Mastrip ini, masyarakat dapat lebih mengenal tempat baru penjual buah disana, pedagang buah pun tidak berjualan dipinggir jalan, karena jelas menyalahi aturan keprotokoleran jalan umum. (dewi)