KANIGARAN - Masih ingat sidak Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin ke Pasar Gotong Royong, Selasa (7/1) lalu? Sidak itu sejumlah besar wilayah yang mengalami bencana yang terjadi menjadi tempat tinggal hingga meresahkan masyarakat. Dalam waktu tiga hari, wali kota meminta pengalihan fungsi itu segera diatasi.
Dan, akhirnya Jumat (10/1) siang, dua anak jalanan yang tinggal di Pasar Gotong Royong dipanggil oleh Wali Kota Habib Hadi di kantornya. Mereka adalah Samsul Hadi, 23 tahun dan Mohammad Riki Wardana, 20 tahun. Sebelum berbincang, Habib Hadi ajakan kelebihan menunaikan Sholat Jumat berjamaah di Masjid Al Ikhlas Pemkot Probolinggo.
Kemudian di lobby Kantor Wali Kota, Habib Hadi ngobrol dengan Samsul dan Riki didampingi Kepala UPT Pasar Kota Probolinggo M. Arief Billah disaksikan para jurnalis. Samsul Hadi berasal dari kawasan Merpati (sebuah daerah di Kota Probolinggo), sedangkan Riki beralamat di Jalan Hayam Wuruk.
Saat ditanya kenapa tidak pulang ke rumah orangtuanya saja? “Karena saya sudah tidak menjawab. Sudah sejak kecil saya tidak tinggal di rumah, ”jawab Samsul yang sudah jadi anak jalanan dan pernah tinggal di sebuah Rumah Singgah di Kota Probolinggo.
Kini Samsul dan Riki sudah berumah tangga. Samsul baru saja punya anak, istrinya melahirkan anak tangga lima hari lalu. Mereka menikah secara siri. Samsul setiap harinya berjualan es tebu di sekitar Pasar Gotong Royong, sedangkan Riki memilih jadi pengamen.
Wali Kota Habib Hadi bertanggung jawab kepada warganya. Ia ingin melihat apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk membantu menyembuhkan. “Punya keahlian apa? Ingin berubah atau tidak? Biar kami ini bisa memperhatikan dan mengupayakan sesuai yang kalian lihat, ”tanya Habib Hadi.
“Saya pengen dodolan , jualan pentol,” jawab Riki. “Saya pengen usaha, punya rombong buat jualan,” sambung Samsul.
Keduanya kompak ingin berubah menjadi lebih baik dan tidak bersedia memiliki tempat tinggal. “Saya berpesan pasar harus kembali ke fungsi yang seharusnya. Kalian harus berpikir kalau pasar tidak layak untuk tempat tinggal, ”terang wali kota.
Soal tempat tinggal, wali kota berencana akan mencarikan tempat yang lebih layak adalah rusunawa. “Akan kami upayakan rusunawa yang kosong. Karena di rusunawa banyak yang tidak sesuai akan kami rapikan dan bisa ditempati, ”imbuh Habib Hadi.
Kepada Samsul dan Riki, Habib Hadi menuturkan, anak-anak di Kota Probolinggo harus diperhatikan. Jika ada keamanan harus ada solusi penyelesaiannya. Ia berpesan, Samsul dan Riki tidak perlu minder dan mau berusaha menjadi orang yang benar, tidak seperti masa mudanya yang ia habiskan di jalanan.
“Setiap orang punya kesempatan berubah menjadi lebih baik. Jangan minder dan bilang tidak bisa mengaji. Meski pun bertato, shalat ya shalat. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri asal ia benar-benar niat berubah, ”pesannya.
Habib Hadi juga mengapresiasi dan mendukung lembaga yang dibentuk jurnalis Kota Probolinggo yang dibuat untuk mewadahi anak jalanan. Pemerintah Kota Probolinggo punya kebijakan pro rakyat seperti kesehatan dan pendidikan. Selain itu, Samsul dan Riki bisa mengikuti pelatihan dari Balai Latihan Kerja. Kemudian dibantu peralatan usaha oleh DKUPP.
“Saya bersyukur rekan-rekan jurnalis bisa mengambil peran, saya dukung. Asal ada kemauan maka semangat untuk masa depan yang lebih baik bisa sampean raih. Jadi orang yang bermanfaat ya, ”tuturnya pada Samsul dan Riki.
“ Alhamdulillah saya bisa bertemu dengan Pak Wali. Dan, alhamdulillah saya nanti bisa dapat tempat tinggal. Sekarang masih menunggu, ”celetuk Samsul usai bersalaman dengan Habib Hadi. (famydecta)