SURABAYA – Di masa pandemi Covid 19 yang melanda Kota Probolingggo jelas berdampak di semua sektor, seperti wisata dan UMKM. Kendati demikian, Pemerintah Kota Probolingggo tidak tinggal diam. Kota ini berupaya membangkitkan perekonomiannya melalui wisata sehat dan geliat UMKM.
“Dengan berjalannya waktu, kami terus berinovasi tanpa meninggalkan protokol kesehatan (prokes). Kami meminta Dispopar melakukan inovasi, wisata sehat yaitu wisata dengan protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker dan menjaga jarak serta kerumunan meski di tempat wisata,” terang Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin.
Untuk UMKM, lanjut Habib Hadi, pemerintah memberlakukan pembatasan jam malam yang dipahaminya memberikan dampak luar biasa bagi perekonomian masyarakat. Namun kini, dengan perkembangan Covid yang cenderung stabil, pemkot mendorong UMKM kembali menggeliat untuk membangkitkan semua sektor di Kota Probolinggo.
Bagaimana ikhtiar Pemerintah Kota Probolinggo untuk membangkitkan kembali wisata sehat dan geliat UMKM? “Kami memfasilitasi sarana prasarana protokol kesehatan seperti tempat cuci tangan, petugas yang berjaga dan menekankan Perangkat Daerah terkait untuk betul-betul menjaga, jangan sampai tempat wisata menjadi klaster baru,” jawab Habib Hadi.
Pemkot juga menerbitkan surat edaran dan imbauan protokol kesehatan guna mengendalikan penyebaran Covid 19.
Punya Konsep Mlaku Bareng Sambang Hotel dan Resto
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) Budi Krisyanto membenarkan, sektor wisata mengalami penurunan drastis selama masa pandemi sejak satu tahun terakhir. Dari sisi pengunjung, wisatawan mancanegara dari tahun 2020 ke 2021 hanya tinggal 5 persen. Sebelumnya, pada 2019 masih ada 16 hingga 18 kapal pesiar bersandar di Pelabuhan Probolinggo.
Sedangkan wisatawan nusantara relatif menurun hingga 50 persen di tahun 2020. Hunian, akomodasi pun terdampak sekitar 30 sampai 40 persen. Dari sisi pajak hotel dan restoran juga mengalami penurunan. Budi Kris mengklaim di triwulan pertama tahun 2021 perlahan perekonomian mulai menanjak.
“Bapak Wali Kota benar-benar memprioritaskan kesehatan masyarakatnya, sehingga kebijakan membuka destinasi wisata perlu kehati-hatian. Untuk destinasi yang patuh prokes diberikan sertifikat adaptasi kebiasaan baru. Jika terjadi pelanggaran akan kami lakukan peringatan melalui tim yang terdiri dari unsur Polres, Kodim, Dinkes, PHRI dan pemandu wisata,”’ beber Budi Kris.
Dengan penerapan prokes yang konsisten, imbuh Budi Kris, Kota Probolinggo tidak sampai menutup total tempat wisata tapi melakukan pembatasan jumlah pengunjung. Menariknya, saat ada keterbatasan sarpras untuk protokol kesehatan, munculah partisipasi dan swadaya masyarakat di sekitar tempat wisata tersebut.
Dalam satu tahun terakhir, wali kota berkomitmen memberikan penguatan seperti pelatihan pokdarwis, homestay pemula, pemandu wisata dan pelaku seni budaya. Pelatihan tersebut diberikan dalam rangka kesiapan wisata sehat di masa pandemi.
“Kami menyiapkan konsep mlaku bareng sambang hotel dan restoran. Menangkap peluang Mas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sandiaga Uno), yang memprioritaskan wisata lokal,” terang Budi Kris.
Pelarangan mudik pun bisa menjadi energi tersendiri untuk membuat masyarakat berwisata di kota tempat tinggalnya. Tentu saja, wisata tersebut harus berjalan sesuai prokes dan membuat pengunjung merasa aman, sehat dan masyarakat bisa menikmati liburan.
“Untuk menyambut kedatangan wisatawan, harus bisa meyakinan kenyamanan untuk masyarakat. Mewujudkan hal itu perlu kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat,” tegas Habib Hadi saat mengisi Bincang Siang dengan tema Wisata Sehat, UMKM Menggeliat, Ekonomi Kota Probolinggo Bangkit, Selasa (4/5) yang disiarkan di JTV.
Jumlah UMKM Meningkat di Masa Pandemi
Selain wisata, UMKM juga terdampak pandemi Covid 19. Dari data DKUPP, sekitar 6000 UMKM yang terdaftar, mereka mengaku mengalami dampak yang luar biasa usai muncul surat edaran pembatasan operasional. Bahkan, selama satu tahun Pasar Sabtu Minggu di Kota Probolingggo terpaksa ditutup.
“Kelihatan dampaknya sangat besar. Namun dengan berjalannya waktu, UMKM bisa bertahan bahkan saat ini, sejak bulan September 2020 jumlah UMKM justru bertambah. Sekarang ada 19.200 UMKM yang rata-rata mereka dulunya bekerja lalu kena PHK karena perusahaan terdampak Covid 19 kemudian beralih ke UMKM,”’ jelas Kepala DKUPP Fitriawati.
Munculnya UMKM baru tersebut membuat DKUPP melakukan pendampingan. Pendampingan yang dimaksud adalah 3K yaitu kualitas, kontinuitas dan kuantitas produk. Selain itu DKUPP memberikan bantuan pengurusan perizinan dan sertifikasi, serta menerbitkan kartu E-UMKM Pintar.
Wali Kota Habib Hadi pun membenarkan banyaknya UMKM karena beralih profesi. “Mereka rata-rata membuka order lewat online dan beraktifitas di dalam rumah. Mereka juga enjoy dan usahanya terus berjalan. Kami memantau apa kendala yang mereka hadapi, seperti packaging atau promosi,”’ imbuh wali kota.
Di masa pandemi DKUPP mengajak UMKM melakukan pemasaran secara online, mengadakan bimtek digitalisasi marketik dan membantu UMKM ikut pameran offline atau pun virtual.
Untuk menggeliatkan kembali perekonomian, DKUPP memberikan bantuan sarpras berupa partisi, plastik, masker hingga tempat cuci tangan. Selain itu, ratusan pedagang yang hendak berjualan di Pasar Sabtu Minggu harus menjalani vaksin Covid 19. (famydecta)