Kondisi Demografi
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu dan dapat dihitung sebagai perubahan atas jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Perkembangan kependudukan di Kota Probolinggo selama ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun dan cukup dinamis dengan pemerataan jumlah penduduk seiring dengan keseimbangan pembangunan di wilayah utara dan wilayah selatan Kota Probolinggo.
Infrastruktur Kota Probolinggo
Jalan yang dikelola Pemerintah Kota sepanjang 199,109 km. Sepanjang 159,98 km (80,35 persen) dalam kondisi baik sampai sedang dan 39,129 km (19,65 persen) dalam kondisi rusak sampai rusak berat. Sementara prosentase saluran drainase dalam kondisi mantap mencapai 80 persen. Dalam upaya penyediaan sarana air minum, persentase rumah tangga di Kota Probolinggo yang telah mendapatkan pelayanan air bersih sebesar 82 persen. Menurut data dari PDAM Kota Probolinggo, jumlah pelanggan rumah tempat tinggal hingga akhir tahun 2019 mencapai 18.440 atau ada peningkatan sebesar 3,3 persen dari tahun 2018.
Sejarah Kota Probolinggo
Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk) raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama “Banger”, nama sungai yang mengalir di tengah daerah Banger ini. Banger merupakan pedukuhan kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger dikenal dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh Pujangga Kerajaan Majapahit yang terkenal, yaitu Prapanca.
Kondisi Geografis
Secara astronomis, Kota Probolinggo terletak antara 7º 43’ 41” sampai dengan 7º 49’ 04” Lintang Selatan dan 113º 10’ sampai dengan 113º 15’ Bujur Timur