KANIGARAN - Kendati mengalami penurunan harga di sejumlah pasar, cabai rawit tetap memberi andil pada perkembangan laju inflasi di Kota Probolinggo pada Maret 2021 sebesar 0,69 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,15 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo Heri Sulistio melalui Kasi Distribusi M. Machsus ditemui di sela-sela kegiatannya mengisi suara inflasi di Radio Suara Kota Probolinggo, Senin (12/4) menjelaskan, komoditas yang memberi andil terbesar terjadinya inflasi adalah cabai rawit 0,1685 persen. Disusul dengan bawang merah sebesar 0,0329 persen, daging ayam ras 0,0239 persen dan udang basah 0,0139 persen.
Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Asekbang) Kota Probolinggo Setiorini Sayekti mengungkapkan bahwa hal itu dapat dimungkinkan terjadi lantaran berbagai faktor yang terjadi. Seperti faktor musim, dimana ketersediaan dari sisi produksi yang ada di petani, juga turut menjadi perhatian Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP).
Selain itu, upaya pemantauan ketersediaan stok dan stabilisasi harga pangan, juga menjadi fokus pihaknya. Namun, lanjutnya, tak hanya itu saja. Memasuki bulan suci Ramadan dan jelang Hari Raya Idul Fitri 1442 H, menurutnya, masyarakat juga perlu waspada akan potensi kenaikan beberapa harga dari komoditas-komoditas tertentu yang dapat memicu kenaikan inflasi di bulan berikutnya.
“Kebutuhan jelang puasa, masyarakat biasanya ada tradisi (megengan), belum lagi untuk persiapan berbuka puasa dan lain-lain. Mohon bisa lebih bijak dalam berbelanja,” pesannya.
Seperti diketahui, berdasarkan data BPS Kota Probolinggo pada Maret 2021 di wilayah ini mengalami inflasi bulanan sebesar 0,18 persen, tahun kalender 0,51 persen dan inflasi tahunan sebesar 1,56 persen.
Inflasi di Kota Probolinggo terjadi karena adanya kenaikan IHK pada sejumlah kelompok pengeluaran. "Sesuai data, dari 11 kelompok pengeluaran komoditas yang ada, sebanyak empat kelompok mengalami inflasi, dua kelompok mengalami deflasi, dan lima kelompok tidak mengalami perubahan indeks," ujar Machsus.
Adapun inflasi tertinggi terjadi di Jember 0,45 persen, Banyuwangi 0,31 persen, disusul Kota Madiun 0,19 persen. Kemudian Probolinggo 0,18 persen, Kediri 0,15 persen, Sumenep 0,12 persen, Surabaya 0,09 persen, dan Malang 0,08 persen. (Sonea)