MAYANGAN – Selasa (25/5), menjadi hari kedua sekolah tatap muka Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Probolinggo. Untuk memastikan proses belajar sesuai protokol kesehatan, Wali Kota Habib Hadi Zainal mendatangi SMP Negeri 2 dan SD Sukabumi 2 di Jalan Dr Saleh.
Sebelum pembelajaran tatap muka dilakukan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) melalui sekolah masing-masing telah mengundang wali murid untuk memberikan pernyataan setuju atau tidak anak-anak belajar di sekolah.
Di SMP Negeri 2, Wali Kota Habib Hadi memantau ujian dari luar kelas. Ia juga menanyakan prosentase antara wali murid yang setuju dan tidak. Yang setuju tatap muka sebanyak 97,8 persen dari total 367 wali murid. Yang tidak setuju tatap muka karena keluarga tenaga kesehatan, pernah terkonfirm Covid 19 dan masih trauma, juga ada yang masih menjalani isolasi mandiri (isoman).
“Ya, yang penting orangtuanya dilibatkan. Fasilitas di dalam sekolah, seperti kantin jangan dulu. Guru dan muridnya pakai masker dan face shield,” tegas wali kota kepada kepala SMP Negeri 2 Sandi Purwanto, sembari mengecek hand sanitizer yang disediakan di depan kelas.
Blended learning dengan melaksanakan pembelajaran tatap muka 50 persen dan pembelajaran dari rumah secara daring/luring sebanyak 50 persen dimulai 24 Mei 2021. Sesuai dengan Surat Disdikbud nomor 421/1180/425.103/2021 tentang pelaksanaan pembelajaran blended learning ini juga membatasi pembelajaran maksimal 2 jam tanpa istirahat di jenjang SD dan maksimal 2,5 jam tanpa istrirahat untuk jenjang SMP.
Di SMP Negeri 2 dibagi beberapa sesi. Setiap kelas diisi 16 orang, kelas 7 masuk di jam 07.30 sampai 10.00, kelas 8 masuk pukul 11.00 sampai 13.30. “Pembelajaran ini dimulai kemarin (24/5) sampai tanggal 31 Mei dengan diisi asesmen akhir tahun ajaran sekolah. Kemudian tanggal 2 sampai 5 Juni ada remidi, selanjutnya libur semester. Kalau anak-anak ini ingin tatap muka, sudah bosan online katanya, kangen sekolah. Orangtuanya juga begitu,” tutur Koordinator Kurikulum SMP Negeri 2 Devi Eka.
Siswa Sekolah Sudah Rindukan Sekolah, Ingin Bisa Sekolah Normal Lagi
Setelah dari SMP Negeri 2, Wali Kota Habib Hadi bersama Kepala Disbudpar Moch Maskur bergeser ke SD Sukabumi 2. Kebetulan di sekolah tersebut, sesi pertama sudah selesai. Anak-anak berbaris di lapangan sekolah menunggu giliran jemputan. Mereka pun berdiri sambil jaga jarak, lengkap menggunakan masker.
Ada guru berjaga di pintu masuk memanggil siswa satu per satu yang sudah dijemput. Sedangkan yang masuk di sesi berikutnya sudah mulai berdatangan. Sebelum masuk sekolah mereka wajib mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
“Senang masuk sekolah?,” tanya Wali Kota Habib Hadi kepada Aniisah Putri Irli, siswa kelas 5A yang kebetulan menunggu giliran dijemput. “Senang, karena di rumah belajarnya begitu-begitu saja tidak ada yang mendampingi. Saya ingin bisa masuk sekolah normal lagi,” jawab Aniisah.
“Alhamdulillah. Tapi tetap harus disiplin ya, pakai maskernya. Jaga jarak, jangan berkerumun sama teman-temannya. Ikuti protokol kesehatan. Orangtua sudah setuju kan?,” imbuh Habib Hadi disahuti anggukan oleh Aniisah, menandakan orangtuanya setuju sekolah tatap muka.
Beberapa anak pun diajak ngobrol oleh Wali Kota Habib Hadi sembari menyampaikan pesan agar mereka patuh protokol kesehatan dan selalu diantar jemput orangtua.
Di SD Sukabumi 2, 90 persen wali murid menyetujui tatap muka dengan sistem masuk kelas 1, 2 dan 3 masuk pukul 07.00 hingga 08.15, dilanjutkan sesi kedua pukul 09.15 sampai 10.30. Sedangkan kelas 4 dan 5 masuk pukul 09.15 sampai 10.30. Untuk 10 persen yang tidak setuju tatap muka, tetap sekolah daring.
Setelah memantau di dua sekolah tersebut, Habib Hadi menegaskan agar tidak ada kekhawatiran bagi berbagai pihak, pemerintah dan sekolah berharap anak-anak diantar jemput orangtua karena tidak ingin terpapar virus saat di jalan.
“Saling tanggung jawab masing-masing. Anak-anak senang, inilah yang menjadi impian. Tatap muka kami berlakukan atas persetujuan orangtua yang berkomitmen antar jemput. Kami menyerahkan sepenuhnya hak memilih kepada wali murid, jika masih ingin daring tetap dilayani oleh sekolah,” terangnya.
Menurut wali kota, kebersamaan ini dilakukan untuk menjaga satu sama lain. Sekolah sudah siap dengan protokol kesehatan dan sistem pembelajarannya, maka orangtua harus mengikuti aturan yang telah disepakati.
“Harus melakukan kebiasaan baru dalam situasi dan kondisi ini. Mudah-mudahan di wilayah kota atau sekitar sekolah tidak ada zona merah. Kalau terjadi (zona merah), maka sesuai PPKM (sekolah tatap muka) harus di-stop sementara,” ujar pria kelahiran tahun 1979 ini. (famydecta)